Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/10/2016, 17:19 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Terdakwa kasus tindak pidana pencucian uang, Mohamad Sanusi, diberi kesempatan untuk bertanya kepada saksi yang hadir dalam persidangan di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta, Senin (10/10/2016).

Sanusi menggunakan kesempatan itu untuk bertanya kepada mertuanya, Jefri Setiawan, yang menjadi saksi dalam persidangan hari ini. Jefri merupakan ayah dari Evelyn Irawan, istri Sanusi. Jefri juga merupakan pedagang batik di Thamrin City.

"Pak Jefri, bisa diceritakan batik seperti apa yang Bapak jual?" tanya Sanusi.

"Batik tulis dan batik sutra biasanya," jawab Jefri.

Sanusi melanjutkan bahwa batik yang dijual Jefri bukan batik biasa. Dia mengatakan batik yang dia kenakan setiap mengikuti sidang juga merupakan batik yang dijual Jefri.

"Setiap batik yang saya gunakan itu hasil dia, tapi saya beli. Coba, Pak, batik yang saya kenakan ini berapa harganya?" tanya Sanusi.

"Saya jual batik yang dipakai Pak Sanusi itu seharga Rp 5 juta," jawab Jefri.

(Baca: Mertua Sanusi Jelaskan Proses Pembelian Rumah di Cipete)

Sanusi memang tidak menjelaskan maksud dirinya meminta mertuanya menyebut harga pakaian yang dia kenakan. Namun, sebelum itu, Jefri sempat dicecar jaksa mengenai harta kekayaannya.

Jefri mengaku membeli rumah yang ada di Jalan Saidi, Cipete Utara, dengan harga Rp 10 miliar. Sementara, Evelyn dan Sanusi membayar furniture di rumah tersebut seharga Rp 6 miliar. Jefri mengaku memberikan uang Rp 10 miliar kepada Evelyn dalam bentuk tunai.

"Kalau anak saya datang ke rumah, nanti bawa pulang satu koper uang," ujar Jefri.

Jefri mengatakan ada sekitar 4 koper yang sudah dibawa Evelyn. Dalam satu koper, jumlah uang di dalamnya sekitar Rp 2 miliar. Kemudian ada juga koper yang berisi uang 150.000 dollar Amerika dan 150.000 dollar Singapura. Total uang dalam empat koper yang dibawa secara bertahap itu adalah Rp 10 miliar.

Dalam sidang, Jaksa beberapa kali bertanya kepada Jefri mengenai sumber uang tersebut. Jefri menjawab uang itu adalah hasil dari usahanya berdagang batik. Namun, Jefri ternyata memiliki kebiasaan menyimpan uang tunai dalam jumlah besar di rumah.

Sementara, data yang dimiliki Jaksa mengenai harta kekayaan Jefri mengacu kepada uang yang ada di bank saja dengan pendapatan sekitar Rp 80 juta per bulan.

"Mungkin itu hanya lihat dari rekening koran saya. Kita kan bisa terima uang kontan juga," ujar Jefri.

Jaksa tidak memperhitungkan uang tunai yang disimpan Jefri di rumahnya. Berdasarkan pengakuan Jefri, dia menggunakan uang tunai itu untuk membeli rumah di Cipete.

Pertanyaan Sanusi mengenai harga bajunya seolah untuk menunjukkan bahwa usaha ayah mertuanya memang besar. Sehingga tidak aneh jika bisa menyimpan uang dalam jumlah banyak di rumah.

Usai sidang, Jefri sempat menghampiri Sanusi yang duduk di samping kuasa hukumnya. Sanusi mencium tangan ayah mertuanya itu dan langsung mencium pipi kanan dan kiri.

(Baca: Beli Satu Unit Apartemen, Sanusi Gunakan Nama Keponakannya )

Kompas TV Sidang Suap Reklamasi Hadirkan Istri Sanusi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Jalanan Lokasi Tembok Roboh di Duren Sawit Tempat Main Anak-anak, Warga: Untung Tak Ada Korban

Jalanan Lokasi Tembok Roboh di Duren Sawit Tempat Main Anak-anak, Warga: Untung Tak Ada Korban

Megapolitan
'Nyanyian' Sopir Truk yang Kerap Dipalak Didengar Polisi, 13 Pelaku Pungli Pun Ditangkap

"Nyanyian" Sopir Truk yang Kerap Dipalak Didengar Polisi, 13 Pelaku Pungli Pun Ditangkap

Megapolitan
Saat Pabrik di Bekasi Dianggap Bikin Alat Ukur Kualitas Udara Jakarta Bermasalah, KLHK Diminta Bertindak...

Saat Pabrik di Bekasi Dianggap Bikin Alat Ukur Kualitas Udara Jakarta Bermasalah, KLHK Diminta Bertindak...

Megapolitan
Motornya Rusak Tertimpa Tembok Roboh, Warga Duren Sawit: Itu Satu-satunya Milik Keluarga Saya...

Motornya Rusak Tertimpa Tembok Roboh, Warga Duren Sawit: Itu Satu-satunya Milik Keluarga Saya...

Megapolitan
Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Lebih Baik dari Kemarin, tapi Masih Tak Sehat bagi Kelompok Sensitif

Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Lebih Baik dari Kemarin, tapi Masih Tak Sehat bagi Kelompok Sensitif

Megapolitan
Menanti Kejutan PSI dan Kaesang di Depok, Jadi Cawalkot?

Menanti Kejutan PSI dan Kaesang di Depok, Jadi Cawalkot?

Megapolitan
Motor Lawan Arus Kembali Renggut Korban Jiwa, Kali Ini Korbannya Pesepeda

Motor Lawan Arus Kembali Renggut Korban Jiwa, Kali Ini Korbannya Pesepeda

Megapolitan
Ada 80.000 ODHIV di Jakarta, Baru 51 Persen yang Minum Obat Teratur

Ada 80.000 ODHIV di Jakarta, Baru 51 Persen yang Minum Obat Teratur

Megapolitan
Warga Duren Sawit Dengar Suara Gemuruh Sebelum Tembok Gedung Timpa Rumahnya

Warga Duren Sawit Dengar Suara Gemuruh Sebelum Tembok Gedung Timpa Rumahnya

Megapolitan
Warga Kampung Bayam Akhirnya Bersedia Direlokasi ke Rusun, tapi Tetap Tuntut Hunian di KSB

Warga Kampung Bayam Akhirnya Bersedia Direlokasi ke Rusun, tapi Tetap Tuntut Hunian di KSB

Megapolitan
Penderitaan Bertubi-tubi Pasutri di Gambir: Ditusuk Adik Ipar, Tak Ada yang Menolong, Kini Tak Mampu Bayar Biaya RS

Penderitaan Bertubi-tubi Pasutri di Gambir: Ditusuk Adik Ipar, Tak Ada yang Menolong, Kini Tak Mampu Bayar Biaya RS

Megapolitan
Misteri Sapi Terdampar di Tengah Laut Jakut, Ditemukan Lemas oleh Nelayan, Akhirnya Dijual...

Misteri Sapi Terdampar di Tengah Laut Jakut, Ditemukan Lemas oleh Nelayan, Akhirnya Dijual...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Alarm Bahaya buat Orangtua, Anak-anak Diintai Prostitusi 'Online' | Nelayan Temukan Sapi Hidup di Laut

[POPULER JABODETABEK] Alarm Bahaya buat Orangtua, Anak-anak Diintai Prostitusi "Online" | Nelayan Temukan Sapi Hidup di Laut

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK12 Tanah Abang-Kebayoran Lama via Pos Pengumben

Rute Mikrotrans JAK12 Tanah Abang-Kebayoran Lama via Pos Pengumben

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK13 Tanah Abang-Kota Intan via Jembatan Lama

Rute Mikrotrans JAK13 Tanah Abang-Kota Intan via Jembatan Lama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com