Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Calo Dianggap sebagai "Guide" di Satpas SIM Daan Mogot

Kompas.com - 12/10/2016, 13:23 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Suasana yang sibuk dan ramai nampak di dalam kawasan Satuan Penyelenggara Administrasi SIM (Satpas) Daan Mogot, Jakarta Barat, Rabu (12/10/2016) siang. Sekian banyak orang hilir mudik, ada yang mendatangi satu pos lalu tidak lama bergerak menuju pos lainnya dalam rangka memenuhi proses pembuatan SIM.

Beberapa pria dewasa bolak-balik sambil melayani pemohon SIM di pos kesehatan. Pos kesehatan berada di dekat pintu masuk Satpas dan merupakan tahapan pertama yang harus dilalui pemohon SIM sebelum menjalani ujian SIM.

Pria-pria dewasa itu sesekali menelepon, menemui rekannya, sambil memegang beberapa lembar berkas. Setelah urusannya selesai di pos kesehatan, pria tersebut bersama pemohon SIM beranjak ke pos berikutnya yang terletak agak di dalam. Tidak lama, pria yang sama kembali lagi ke pos kesehatan itu.

"Pahamlah, Mas. Di sini yang kayak gitu-gitu (calo) masih banyak," kata salah satu penjual alat tulis yang ditemui Kompas.com dekat pintu masuk Satpas Daan Mogot.

(Baca: Ombudsman Minta Presiden Jokowi Sidak Pelayanan Satpas SIM)

Menurut si penjual alat tulis yang enggan menyebutkan namanya itu, calo dapat dengan mudah ditemui di pos kesehatan, kantin, serta di beberapa area menuju tempat ujian SIM. Pria dengan ciri-ciri yang sama, yaitu sering menelepon dan memegang berkas, juga terlihat di dekat area parkir kendaraan.

Dia mengungkapkan, calo SIM di Satpas Daan Mogot mengubah cara kerjanya. Jika dulu mereka masih sering menawarkan jasanya langsung kepada pemohon SIM, kini komunikasi lebih banyak dilakukan melalui ponsel.

Meski begitu, keberadaan calo dianggap sebagai sebuah hal yang "tahu sama tahu" oleh pihak kepolisian selaku yang berwenang.

Kompas.com sempat melihat petugas polisi yang bertugas di salah satu loket pelayanan administrasi SIM menyapa beberapa calo sambil memberi tahu bahwa mereka akan istirahat makan siang baru kembali membuka loket pelayanan.

Salah satu pemohon SIM C, Rendi (21), memilih untuk menggunakan jasa calo. Dia dikenalkan oleh salah satu calo dari teman di tempat kerjanya.

"Saya bukannya enggak mau taat aturan, tapi di mana-mana memang begini. Saya juga enggak dikasih izin lama-lama dari kantor, jadi pakai calo saja biar cepat beres. Hitung-hitung mereka kayak guide, kita diantar ke tempat-tempatnya," tutur Rendi.

Tidak hanya warga Indonesia, beberapa calo juga terlihat membantu proses pembuatan SIM warga negara asing (WNA). Bahkan, sang calo menjanjikan WNA tersebut bisa mendapatkan SIM dalam waktu cepat.

Adapun tarif yang dipatok untuk jasa calo, berikut dengan biaya administrasi SIM, bervariasi. Biaya pembuatan SIM lewat calo dapat mencapai dua atau tiga kali lipat dari tarif normal jika mengurus prosesnya sendiri.

(Baca: Kapolda Metro Belum Bisa Pastikan Satpas Bersih Dari Paraktik Percaloan)

Kompas TV Jokowi: Tangkap dan Pecat Pihak Terlibat Pungli!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com