Mari kita pakai analogi bunga agar lebih jelas. Biasanya bunga liar yang tumbuh pinggir jalan atau tempat umum tidak tumbuh secara maksimal. Bunganya kecil-kecil. Gampang kering. Kerdil. Padahal semua orang senang memandang dan mencium harum baunya.
Bandingkan dengan bunga yang ada di tanam pribadi. Biasanya bunga di taman pribadi lebih berseri dan lebih harum.
Itu terjadi karena pada lapangan umum atau pinggir jalan umum, tidak ada yang merasa memiliki. Akibatnya, tidak ada yang benar-benar peduli dan pertanggungjawab atas pertumbuhan bunga tersebut.
Sementara di taman pribadi, minimal ada satu individu yang bertanggung-jawab penuh untuk menyiram dan memberi pupuk.
Demikian halnya dengan ikan di laut. Kian hari ikan di laut lepas kian berkurang. Di pinggiran pantai, hanya ikan-ikan kecil yang kekurangan gizi yang bertahan hidup. Tidak ada yang peduli karena hasil dari kepedulian individu itu tidak akan dimonopoli oleh si individu itu sendiri.
Akibatnya, semua ingin memetik hasil tapi tak mau berkontribusi merawat dan membesarkan ikan-ikan. Beda halnya jika ada kepastian bahwa mereka yang merawat dan membesarkan, mereka pula yang akan memetik hasil.
Melalui pola budidaya, laut di pinggiran pantai bisa kembali produktif menghasilkan ikan-ikan berkualitas tinggi. Ikan-ikan yang dirawat dengan sepenuh usaha.
Ahok tidak ingin menjalankan bisnis ini perkelompok, melainkan per-orang. Dalam praktiknya, budidaya ikan ini bisa dilakukan per-kelompok, tapi tetap yang bertanggung-jawab adalah perorangan.
Prinsip ini kelihatan sepele, tapi sangat penting. Pertanggung-jawaban pada perorangan akan membuat kerja lebih efektif karena ada mekanisme kontrol yang jelas.
Kerja kelompok biasanya tidak akan berjalan efektif karena masing-masing anggota bisa saling mengandalkan. Akibatnya, kegiatan budidaya ikan bisa terbengkalai.
Bertempat di perairan Karang Lebar, Kelurahan Pulau Panggang, 8 orang alumnus sekolah perikanan asal Kepulauan Seribu dipersiapkan menjadi pembudidaya professional.
Mereka diberi modal keramba, bibit ikan, dan pakan. Ke depan, mereka diharapkan menjadi pengusaha di bidang perikanan.
Pada bulan Februari 2017, diperkirakan panen pertama sebanyak 4 ribu ekor ikan dengan perkiraan hasil sebanyak 87,5 juta rupiah. Artinya, pengelola akan memperoleh hasil pertama sekitar 70 juta rupiah (80%) dan pemodal (Pemprov) sebesar 17,5 juta rupiah (20%).
Melalui program budidaya tahap awal ini, warga Kepulauan Seribu akan mendapatkan pelatihan langsung dari para alumnus sekolah perikanan. Mereka juga akan melihat bagaimana budidaya itu dijalankan.
Ke depan, warga yang telah siap akan menjadi pemain-pemain utama dalam budidaya ini. Sangat mungkin mereka juga akan menjadi pemasok utama kebutuhan ikan di ibu kota, bahkan ekspor.
Walaupun membahas kunjungan Ahok ke Kepulauan Seribu, inisiatif pengembangan ekonomi warga ini luput dari materi orasi pada demonstrasi besar di depan Balaikota hari Jumat yang lalu. Sayang sekali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.