Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Material Bangunan Sumbat Saluran di Jalan Jalan DI Panjaitan

Kompas.com - 18/10/2016, 22:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Saluran air di ruas jalan arteri Cawang, persisnya di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, masih tersumbat oleh endapan pasir dan semen yang diduga dari proyek pembangunan gedung tak jauh dari kawasan itu. Setiap kali hujan mengguyur, air di saluran langsung meluap dan memicu genangan minimal setinggi 20 sentimeter.

Bahan material pembangunan gedung itu menyumbat saluran air di sisi Jalan DI Panjaitan arah Cawang-Tanjung Priok. Jenis material yang menyumbat saluran air itu adalah pasir, semen, beserta endapan tanah. Material memenuhi saluran karena ikut terhanyut hujan dari area pembangunan gedung ke saluran air yang ada di depannya.

Rokhim (30), petugas Suku Dinas Tata Air Jakarta Timur, Senin (17/10), mengatakan, lebih dari separuh rongga saluran air selebar 1,5 meter dengan kedalaman hampir 2 meter itu pun dipenuhi endapan material bangunan. Akibatnya, air yang semestinya mengalir ke Pompa Berantas dan Pompa Wika Cawang kini hanya dapat mengalir ke pompa Wika Cawang. "Endapan itu lumpur pasir yang sudah tercampur tanah," katanya.

Kepala Seksi Pemeliharaan Suku Dinas Tata Air Jakarta Timur Yose Rizal mengatakan, penyumbatan di saluran itu sudah dua kali ini memicu genangan di Jalan DI Panjaitan. Terakhir kali genangan setinggi 20 cm di Jalan DI Panjaitan saat hujan deras pada Minggu kemarin.

"Kami sudah memperingatkan perusahaan kontraktor bersangkutan untuk mengeruk endapan material dari saluran air. Namun, sepertinya tidak maksimal. Genangan masih terjadi," jelasnya.

Sekretaris Perusahaan PT Wika, Suradi, mengatakan, tidak benar jika genangan di Jalan DI Panjaitan disebabkan sedimentasi adonan semen yang memenuhi saluran air dari pembangunan gedung Yodya Tower yang dikerjakan oleh pihaknya. "Di saluran air di depan gedung itu tak ditemukan sedimentasi," kata Suradi.

Tim proyek pembangunan Yodya Tower pun, kata Suradi, memiliki jadwal rutin membersihkan saluran di depan gedung yang sedang dibangun itu dari endapan lumpur sebanyak tiga kali dalam seminggu. Gedung yang akan dijadikan kantor pusat PT Yodya Karya itu juga telah dilengkapi paranet atau jaring pada bagian saluran airnya untuk menjaring material bangunan yang hanyut terbawa ke saluran air lingkungan.

Tolak superblok

Warga Perumahan Tanjung Mas Raya, Kelurahan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menolak pembangunan superblok berupa apartemen, mal, dan pertokoan di lahan resapan tak jauh dari perumahan mereka. Warga khawatir pembangunan kompleks tersebut akan mengakibatkan banjir dan krisis air bersih bagi warga.

Pembangunan di lahan 5.000 meter persegi itu sudah berlangsung sekitar dua bulan terakhir. Warga memasang spanduk-spanduk penolakan di sekitar proyek, tetapi pembangunan tetap berjalan. Di lahan itu menurut rencana akan dibangun kompleks super setinggi 29 lantai.

Perwakilan warga Edi Mulyono (60) mengatakan, lahan tersebut merupakan lahan resapan yang menampung air hujan di sekitar kawasan itu. "Kalau dibangun, kami khawatir nanti banjir seperti Kemang akan terjadi juga di sini," katanya.

Selain itu, pembangunan kompleks super itu juga dikhawatirkan membuat warga kesulitan air bersih. Sebab, selama ini warga perumahan yang dihuni 446 keluarga itu mengandalkan air tanah. Karena jaringan saluran air bersih belum menjangkau wilayah tersebut, kebutuhan air bersih di sana mengandalkan air tanah. Kompleks superblok itu juga dikhawatirkan menyedot air tanah untuk kebutuhannya sehingga warga tak kebagian.

Menurut Edi, kesulitan air bersih dan banjir itu sudah terjadi di permukiman di sekitar Jagakarsa yang di sekitarnya dibangun superblok. Warga Perumahan Tanjung Mas Raya sudah mengajukan protes ke Kelurahan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, dan Provinsi DKI Jakarta.

Mereka meminta pemerintah membatalkan izin pembangunan kompleks superblok itu. Akan tetapi, hingga sekarang belum ada tanggapan. (IRE/MDN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Oktober 2016, di halaman 29 dengan judul "Material Bangunan Sumbat Saluran".

Kompas TV Banjir Rendam Jalan DI Panjaitan Hingga 50 Cm

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com