Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genderang Perang Melawan Tikus Got di Jakarta Dimulai

Kompas.com - 20/10/2016, 07:58 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mewacanakan dimulainya gerakan basmi tikus, yakni sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk bersama-sama memburu dan membasmi tikus-tikus got yang ada di permukiman penduduk. Dalam gerakan ini warga diminta untuk memburu tikus-tikus got yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

Tikus yang ditangkap kemudian dikumpulkan di kantor kelurahan dan dihargai Rp 20.000 per ekor. Bangkai-bangkai tikus yang terkumpul nantinya akan diolah menjadi pupuk.

"Pada intinya ini kan untuk kebersihan, supaya tidak ada penyakit yang disebabkan tikus. Bisa karena dari kencingnya atau yang lain," kata Djarot di Balai Kota, Rabu (19/10/2016).

Djarot menyatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menyiapkan anggaran untuk perburuan tikus. Besarannya mencapai Rp 80 Juta. Djarot menyebut anggaran tersebut berasal dari anggaran untuk kegiatan pembasmian hama.

Selain akan menggunakan anggaran pembasmian hama, Djarot menyebut anggaran untuk kegiatan untuk perburuan tikus juga akan diambil dari anggaran pengadaan pupuk organik. Penyebabnya karena bangkai tikus bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik.

Dalam perburuan tikus, warga dilarang menggunakan racun tikus. Adanya larangan disebabkan kekhawatiran akan salah sasaran.

"Racun tikus berbahaya. Kalau yang makan kucing gimana? Terus kalau dia tidak langsung mati terus lari ke mana-mana," ujar Djarot.

Selain racun, alat lain yang dilarang adalah senapan, baik api maupun angin. Djarot menyarankan agar perburuan tikus got dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah kegiatan kerja bakti atau dengan penggunaan perangkap.

"Kalau senapan enggak boleh. Nanti nembak-nembak enggak kena tikusnya, kena orang lain," kata mantan Wali Kota Blitar ini.

Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan penyakit yang disebabkan oleh tikus dan paling menonjol dialami warga Jakarta adalah leptospirosis atau penyakit kencing tikus. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.

"Yang terberatnya adalah gagal ginjal, bisa meninggal kalau tidak mendapatkan pengobatan yang tepat," kata Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widiastuti.

Widiastuti menuturkan, leptospirosis banyak dialami warga karena Jakarta merupakan daerah banjir. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang terdapat di dalam air kencing tikus dan ditularkan melalui kontak langsung ataupun makanan dan minuman.

"Namanya bakteri leptospira. Ada makanan atau minuman yang terkontaminasi kencing itu atau kontak kulit terbuka," kata dia. (Baca: Selama 2016, Hanya 40 Penyakit Akibat Tikus yang Ditemukan di Jakarta)

Widiastuti menjelaskan, gejala terkena leptospirosis antara lain demam, mudah nyeri, dan sakit kepala. Gejala lainnya yang khas ditimbulkan yakni nyeri di betis yang sangat menonjol. Pada periode Januari-Oktober 2016 ini, kata Widiastuti, sudah ada 40 kasus warga yang menderita leptospirosis. Sementara pada 2015 ada 25 kasus dan 2014 ada 96 kasus.

"Ini adalah kasus yang dirawat di rumah sakit. Kasus ini (dihitung) berdasarkan diagnosis pada saat ditegakkan di awal (pemeriksaan)," ucap Widiastuti.

Halaman:


Terkini Lainnya

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Megapolitan
Diduga Alami 'Microsleep', Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Diduga Alami "Microsleep", Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Megapolitan
Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Megapolitan
Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Megapolitan
H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

Megapolitan
Dirawat di Panti Sosial, Lansia M Masih Melantur Diperkosa oleh Ponsel

Dirawat di Panti Sosial, Lansia M Masih Melantur Diperkosa oleh Ponsel

Megapolitan
Dua Korban Tewas Kecelakaan Tol Cikampek Km 58 Asal Depok Dimakamkan di Ciamis

Dua Korban Tewas Kecelakaan Tol Cikampek Km 58 Asal Depok Dimakamkan di Ciamis

Megapolitan
Lansia yang Mengaku Diperkosa Ponsel Diduga Punya Masalah Kejiwaan

Lansia yang Mengaku Diperkosa Ponsel Diduga Punya Masalah Kejiwaan

Megapolitan
Pakai Mobil Dinas ke Puncak, Pejabat Dishub DKI Disanksi Tak Dapat Tunjangan 2 Bulan

Pakai Mobil Dinas ke Puncak, Pejabat Dishub DKI Disanksi Tak Dapat Tunjangan 2 Bulan

Megapolitan
98.432 Pemudik Sudah Kembali ke Jakarta Naik Kereta Api via Stasiun Pasar Senen

98.432 Pemudik Sudah Kembali ke Jakarta Naik Kereta Api via Stasiun Pasar Senen

Megapolitan
Dishub DKI: 80 Persen Pemudik Sudah Pulang, Lalu Lintas Jakarta Mulai Padat

Dishub DKI: 80 Persen Pemudik Sudah Pulang, Lalu Lintas Jakarta Mulai Padat

Megapolitan
Wanita di Jaksel Sempat Cekcok dengan Kekasih Sebelum Gantung Diri

Wanita di Jaksel Sempat Cekcok dengan Kekasih Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com