Kucing-kucing di istana tidak memusuhi tikus-tikus. Seperti terjadi di banyak kompleks perumahan, kucing dan tikus di istana hidup berdampingan.
Mengapa dua hewan ini bisa hidup berdampingan di istana? Berlimpahnya pasokan sisa-sisa makanan pesta di istana adalah jawabannya.
Kucing istana tidak perlu memburu tikus untuk mengusir lapar. Karena sisa makanan di istana berlimpah, kucing dan tikus juga tidak berebut makanan. Bagi kucing, hadirnya tikus bukanlah ancaman.
Karena kondisi ini, tikus dan kucing di istana sama-sama tambun. Mereka tidak bermusuhan. Mereka hidup berdampingan. Bahkan mungkin berkawan.
Kenyataan ini membuat staf Rumah Tangga Istana Kepresidenan Jakarta uring-uringan. Bukan hanya kabel pelantang Presiden yang jadi korban. Sejumlah ruangan di istana yang kerap kosong juga jadi tempat tikus bersarang. Kucing-kucing juga kerap mengacak-acak ruangan.
Karena itu, disiarkanlah secara terbatas tentang sayembara berburu kucing di istana ketika itu. Semua orang di istana bisa berpartisipasi untuk sayembara ini. Kucing yang bisa ditangkap dihargai dengan sejumlah uang.
Sayembara ini berjalan tetapi tidak mudah juga dilaksanakan. Meskipun termasuk jinak dan dalam kategori hewan peliharaan, menangkapi kucing di istana bukan perkara yang mudah dilakukan.
Sewa perusahan jasa
Untuk tikus-tikus, karena kucing-kucing di istana tidak bisa diandalkan, istana menyewa perusahaan jasa asal Denmark. Nama perusahaan jasanya adalah ISS.
Secara bersamaan, sayembara berburu kucing dilaksanakan bersamaan dengan kerja perusahaan jasa ini. Tikus dibasmi dengan memasang sejumlah jebakan. Dengan alat-alat tertentu, tikus-tikus dihalau ketika hendak masuk ruang-ruang tertentu di istana.
Tidak terlalu lama, populasi tikus di istana berkurang. Atas bantuan perusahaan jasa yang disewa ini, kucing-kucing juga tidak banyak lagi berkeliaran.
Efektif dan berdaya guna kerja perusahaan jasa ini. Uring-uringan staf Rumah Tangga Istana Kepresidenan tidak lagi terdengar.
Hari-hari ini, di sekitar istana diwacanakan sayembara berburu tikus. Namaya Gerakan Basmi Tikus. Penggagasnya adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
(Baca: Gerakan Basmi Tikus di Jakarta)
Berbeda dengan di istana, pembasmian tikus di Jakarta diserahkan ke masyarakat. Karena luas wilayahnya dan banyaknya tikus, menyerahkan ke perusahaan jasa mungkin tidak akan efektif juga.
Namun, apakah masyarakat tergerak untuk gerakan ini?
Berhari-hari gerakan basmi tikus ini dicanangkan, belum terdengar partisipasi masyarakat berikut hitung-hitungan hasil tangkapan. Padahal, Pemerintah DKI Jakarta telah menyiapkan dana Rp 20.000 untuk satu ekor tikus yang ditangkap.
Melihat gerakan basmi tikus yang diwacanakan menjelang kampanye Pilkada DKI Jakarta tanpa persiapan yang matang, tidak terlalu sulit menempatkan ujaran Djarot ini.
Dalam strategi komunikasi, wacana yang disampaikan Djarot untuk membasmi tikus bisa dimaknai sebagai strategi untuk tetap diperbincangkan, mendapat sorot kamera, dan tempat di media.
Munculnya dua pasang penantang yang tangguh, mendapat sorot kamera dan tempat di media pasti mencemaskan pasangan petahana yang semula merebut perhatian media.