"Gimana ini anak-anak tidurnya? Kasihan ini banyak banget lho. Berarti ini rumah ini ada 26 orang ya. Astaghfirullah hal adzim," kata Djarot.
Melihat kondisi ini, Djarot menyebut program KB masih belum dapat terealisasi dengan baik. Karena itu, lanjut dia, perlu pembinaan KB secara berkelanjutan kepada warga.
KJP hingga tak kenal lurah
Tak hanya itu, Djarot yang blusukan didampingi oleh anggota DPR RI Charles Honoris menemukan warga yang mengeluhkan program Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Warga itu mengeluhkan dana KJP-nya dipotong oleh sang guru. Padahal, lanjut dia, seharusnya dana KJP langsung ditransfer ke rekening peserta didik. Anak warga tersebut bersekolah di sebuah SMK swasta di Kedoya Selatan.
"Lho seharusnya langsung ke muridnya bukan guru. Ya sudah saya catat sekolahnya," kata Djarot seraya mengeluarkan sebuah kertas kecil dengan pulpen. Ia pun mencatat keluhan ibu tersebut.
Selain itu, ada pula warga yang bertanya tentang proses pembuatan KJP. Selain menjelaskan proses pembuatan KJP, ia juga mewanti-wanti agar dana KJP tidak disalahgunakan oleh orangtua.
"Minta surat keterangan tidak mampu ke kelurahan. Kenal enggak sama lurahnya?" tanya Djarot.
"Enggak, Pak," kata warga.
Warga yang sebagian besar ibu-ibu itu mengaku belum mengenal lurah mereka. Selain itu, mereka menyebut, sang lurah belum pernah mendatangi lingkungan tempat tinggal mereka.
"Kalau lurah yang dulu sering, Pak, kemari. Makanya, jangan suka diganti cepat-cepat, Pak," kata seorang warga.
Djarot pun tersenyum dan kembali mencatat permasalahan warga itu di sebuah kertas kecil. Setelah menemui warga Kedoya Utara, Djarot pun menyelesaikan kegiatan kampanyenya hari itu.
Djarot mendampingi Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Mereka mendapat nomor dua dan diusung oleh empat partai politik, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Golkar.