Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gangguan-gangguan yang Dihadapi Ahok-Djarot Saat Berkampanye...

Kompas.com - 10/11/2016, 08:09 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, mengalami penolakan saat berkampanye di sejumlah tempat.

Pada Rabu (9/11/2016), Djarot mengalami penolakan saat blusukan Kembangan Selatan dan Kembangan Utara, di Wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Massa yang menolak kehadiran Ahok atau Djarot tersebut melakukan aksinya terkait kasus dugaan penistaan agama, seperti yang terjadi pada Rabu (2/11/2016) di Pasar Rawa Belong.

Saat itu, polisi berpakaian preman mesti mengevakuasi Ahok menggunakan Mikrolet M24 karena suasana tidak kondusif.

Penolakan berikutnya terjadi di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (3/11/2016). 

Seorang pemuda sempat memprovokasi warga saat Ahok kampanye di sana. Seruan pemuda itu sama, yakni terkait masalah dugaan penistaan agama.

Pemuda itu akhirnya diminta pergi dari lokasi oleh petugas. Warga setempat juga sempat dibuat geram dengan aksi pemuda tersebut.

(Baca juga: Kampanye Ahok-Djarot Ditolak, Sophia Latjuba Harap Ketegasan Bawaslu)

Setali tiga uang, Djarot mengalami kasus serupa. Contohnya, saat cawagub DKI nomor pemilihan dua itu blusukan di kampung nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (3/11/2016).

Warga datang berdemo sambil menenteng karton putih bertuliskan "Kami Forum RT/RW dan Warga Masyarakat Nelayan Kalibaru Menolak Ahok dan Djarot".

Namun, kali ini penolakan itu terkait masalah penggusuran. "Kami warga Kalibaru, kami menolak kepemimpinan diktator," teriak warga saat itu.

Penolakan terhadap Djarot berikutnya terjadi Rabu (9/11/2016).

Kejadiannya di dua titik, yakni di perkampungan di Kembangan Selatan dan di rumah seorang tokoh Betawi di Kembangan Utara, Jakarta Barat.

Dengan spanduk dan yel-yel, belasan orang "mengusir" Djarot dari lokasi. Djarot menduga aksi penolakan itu dilakukan pihak luar, atau bukan dilakukan warga setempat.

Sebab, kata dia, warga di lokasi blusukan menyambut politikus PDI Perjuangan itu dengan baik.

Djarot tak gentar

Menghadapi penolakan terhadap dirinya, Djarot tidak gentar. Ia malah mengajak diskusi para pendemo yang menolaknya di Kembangan, Jakarta Barat.

Kejadian itu sama seperti yang ia lakukan terhadap pendemonya di Jakarta Utara sebelum itu. Ia meminta pihak yang menolaknya itu untuk memahami aturan undang-undang.

Sebab, kata dia, undang-undang mengatur bahwa setiap pasangan calon berhak berkampanye.

(Baca juga: Djarot: Niat Kita Baik, Kenapa Takut?)

Entah mengapa, penolakan semacam itu hanya dialami Ahok-Djarot.

Dua pasangan calon lain, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, tidak mengalami hal serupa. 

Belum terdengar dua paslon itu mengalami penolakan saat kampanye di sejumlah wilayah DKI.

Dilaporkan ke Bawaslu

Penolakan terhadap Ahok-Djarot ini dilaporkan ke Bawaslu DKI pada Rabu (9/11/2016). Tim pemenangan Ahok-Djarot yang melaporkan hal tersebut.

(Baca juga: Ini Kata Ketua Bawaslu DKI jika Penolakan terhadap Ahok-Djarot Melanggar)

Menurut Ketua Badan Pengawas Pemilu DKI Mimah Susanti, ada empat temuan Bawaslu DKI terkait gangguan kampanye Pilkada DKI 2017.

Keempat gangguan yang ditemukan Bawaslu itu dialami pasangan calon nomor pemilihan dua, Ahok-Djarot.

"Aksi-aksi gangguan proses kampanye hanya terjadi paslon nomor dua," kata Mimah, di kantor Bawaslu DKI, di Sunter, Jakarta Utara, Rabu (9/11/2016) malam.

Dua kejadian di Jakarta Utara, satu di Jakarta Barat, dan satu lainnya di Jakarta Selatan.

"Yang di Jakarta Barat itu sudah proses pemanggilan saksi. Tapi saksi masyarakat tidak datang. Jadi kita akan lakukan pemanggilan kedua," ujar Mimah.

Terkait penolakan terhadapnya, Djarot enggan menduga siapa dalang di balik aksi tersebut.

Kendati demikian, ia meminta agar tidak ada elite tertentu yang memunculkan aksi penolakan seperti yang terjadi di Kembangan, Jakarta Barat.

Berharap pilkada damai

Djarot tak ingin masyarakat yang sudah menunjukkan sikap dewasa mereka malah dipengaruhi ulah segelintir orang.

"Masyarakat itu enggak masalah, kok. Hanya kelompok-kelompok kecil orang saja," ujar Djarot.

(Baca juga: PDI-P Sesalkan Adanya Penolakan Kampanye Ahok-Djarot)

Ia membantah bahwa aksi penolakan ini menjadikan frekuensi blusukan Ahok-Djarot lebih sedikit dibanding pasangan calon lainnya.

Djarot malah berkelakar bahwa Ahok-Djarot sudah lebih dulu blusukan dibanding calon lainnya.

"Saya itu lebih banyak blusukannya dari mereka. Ingat loh, saya ini petahana, sebelum mereka blusukan, saya sudah blusukan ke mana-mana, Pak Ahok juga blusukan ke mana-mana, kami itu petahana," ujar Djarot.

(Baca juga: Ahok Batal Kampanye di Jakbar karena Sakit Gigi)

Ia juga yakin bahwa aksi penolakan ini tidak menjadikan perolehan suara Ahok-Djarot berkurang nantinya.

"Justru hati-hati loh, saya sampaikan nanti suara kita semakin banyak," ujar Djarot. Politikus PDI Perjuangan ini berharap Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung aman dan damai.

Kompas TV Timses Ahok-Djarot Laporkan Penghadangan Pada Bawaslu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com