Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Djarot "Curhat" soal Penolakan-penolakan kepada Tetangganya di Blitar

Kompas.com - 11/11/2016, 09:25 WIB
Jessi Carina

Penulis

BLITAR, KOMPAS.com - Usai berziarah ke makam Bung Karno, calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, kembali ke kediaman pribadinya di Kelurahan Ngadirejo, Kamis (10/11/2016).

Tadi malam, ada semacam acara syukuran untuk memperingati Hari Pahlawan di alun-alun rumahnya.

Malam itu, Djarot yang juga mantan Wali Kota Blitar itu melepas rindu dengan para tetangganya yang sering dia jumpai dulu.

(Baca juga: Saat Djarot Jadi "Tour Guide" di Museum Bung Karno Blitar... )

Saat berpidato di depan mereka, Djarot meminta izin untuk menggunakan Bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami oleh rombongan dari Jakarta.

Djarot pun langsung "curhat" kepada para tetangganya di Blitar. 

Dia menceritakan mengenai kondisinya selama mengikuti pilkada di Jakarta.

"Rasanya kangen kita lama tidak bertemu, meski saya tahu, warga Blitar banyak melihat di televisi dan terlihat kondisinya panas, padahal mboten. Panas cuma dari sebagian kecil orang. Alhamdulillah di Ngadirejo masih diberikan kesehatan," ujar Djarot.

Ia mengaku senang berada di Blitar karena dia bisa tertawa tanpa beban.

Bagi Djarot, berinteraksi kembali dengan warga Blitar seolah memulihkan semangatnya lagi untuk kembali ke Jakarta mengikuti pilkada.

Kepada para tetangganya itu, Djarot juga bercerita tentang penolakan-penolakan yang dia alami ketika berkampanye di Jakarta. 

Ia merasa penolakan itu dikoordinasi pihak tertentu. Sebab, kata Djarot, banyak warga yang mengaku tidak tahu apa-apa meskipun memegang spanduk berisi penolakan.

Di sisi lain, masih banyak warga yang justru menyemangatinya ketika ada penolakan itu.

"Ketika saya turun ke bawah bertemu warga miskin, Alhamdulillah, mereka bilang ke saya, 'Pak Djarot yang sabar ya, Pak Djarot jangan takut ya. Saya tetap pilih Bapak, saya tidak takut dan tidak terpengaruh'," ujar Djarot menirukan suara warga itu. 

(Baca juga: Ketika Djarot Tampak Ngeri Melihat Lukisan Bung Karno yang Seolah Hidup )

Djarot pun menegaskan, apa yang diperjuangkannya bersama Basuki Tjahaja Purnama adalah untuk membuktikan bahwa Pancasila sudah diterima warga Jakarta.

Djarot ingin membuktikan bahwa warga Jakarta sudah bisa memilih berdasarkan hasil kerja, bukan karena faktor suku, agama, dan ras.

Dia pun memohon doa restu kepada para tetangganya yang duduk melingkar di alun-alun itu.

Djarot memohon doa agar orang Blitar sepertinya bisa ambil bagian dalam pembangunan Ibu Kota.

"Saya bersyukur dapat anugerah dari Tuhan mendampingi Pak Ahok. Inilah Djarot dari Blitar mampu membangun Jakarta. Ini orang Blitar yang minum air Blitar, yang tidak bisa digertak kelompok kecil bayaran itu," ujar Djarot.

Semua tetangganya itu tampak menyimak ucapan Djarot dengan seksama. Mereka mengangguk tanda setuju akan ucapan Djarot.

Usai berpidato, Djarot dan warga potong tumpeng bersama. Malam itu, Djarot kembali "ngeriung" berbincang santai dengan para tetangga sambil makan tumpeng.

Kompas TV Sejumlah Penolakan Warga pada Kunjungan Ahok-Djarot
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com