JAKARTA, KOMPAS.com - Anies Baswedan selaku calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga ragu terhadap dugaan pelanggaran kampanye yang diungkapkan Bawaslu DKI Jakarta pada Kamis (10/11/2016).
"Soal dugaan pelanggaran, nanti kami perbaiki. Tapi, kalau yang politik uang coba nanti dicek. Kok saya ragu ya."
"Kalau yang (melibatkan) anak-anak, Anda lihat sendiri. Kebanyakan anak-anak itu balita yang tidak bisa ditinggal di rumah. Ini kan bukan masyarakat yang punya baby sitter ya, masyarakat kelas menengah yang punya itu," kata Anies.
Keraguannya itu diutarakan kepada wartawan saat berkunjung ke permukiman warga di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Jumat (11/11/2016).
Dia menambahkan, kebanyakan anak-anak yang dibawa warga saat dia berkampanye adalah yang masih berumur di bawah lima tahun. Sehingga, anak-anak tersebut tidak termasuk dalam kategori anak berumur cukup yang dapat dipengaruhi untuk mendukung dia pada Pilkada DKI Jakarta.
Adapun dugaan pelanggaran kampanye Anies dan pasangannya, Sandiaga Uno, yang dilaporkan kepada Bawaslu, adalah soal politik uang, melibatkan anak-anak, kampanye tanpa pemberitahuan, dan relawan yang belum terdaftar. Namun, pihak Bawaslu belum menjelaskan secara detil karena masih diusut lebih lanjut.
Menurut Anies, dia selalu berusaha mematuhi peraturan selama masa kampanye berjalan. Seperti setiap kali melaksanakan ibadah Shalat Jumat, Anies mengaku sering diminta memberi kata sambutan. Tetapi, hal itu selalu dia lakukan secara hati-hati.
"Tadi pun ketika saya setiap datang ke masjid, pengurusnya minta saya memberi sambutan. Tapi selalu dalam sambutan saya bilang, saya tidak mau bicara banyak, terima kasih sudah bisa bersilaturahim di sini, tapi saya tidak mau bicara lebih jauh dari itu," ujar Anies.