JAKARTA, KOMPAS.com - Hadiati, seorang guru di salah satu SD di Jakarta Timur, mengeluhkan sistem kurikulum 2013 kepada calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Menurut Hadiati, penerapan kurikulum 2013 terkesan tergesa-gesa tanpa perencanaan matang.
Hadiati mengatakan, di tempat dia mengajar, belum ada fasilitas dan pengajar terlatih untuk bisa mengimplementasikan kurikulum 2013 secara baik.
"Sudah diterbitkan (kurikulumnya), tapi buku-buku belum ada dan guru juga tidak siap. Jadi kalau Bapak jadi gubernur nanti, sekolah ditinjau lagi untuk penerapannya, agar tidak terkesan buru-buru atau basa-basi," ujar Hadiati, saat kunjungan Anies ke Kelurahan Lubuk Buaya, Jakarta Timur, Rabu (16/11/2016).
Menanggapi keluhan itu, Anies menyatakan bahwa kurikulum tersebut diterapkan untuk diuji coba pada 2013, atau sebelum dirinya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Saat menjadi Mendikbud, Anies mengaku langsung melakukan pembatasan terhadap kurikulum tersebut. Menurut Anies, pergantian kurikulum dengan durasi waktu yang sangat pendek membuat proses belajar mengajar jadi tidak efektif.
Di negara maju, kata Anies, pergantian kurikulum bisa memakan waktu tujuh tahun. Sementara di Indonesia penggantian kurikulum hanya memakan waktu satu tahun.
Anies menambahkan, ada juga sejumlah sekolah yang masih menggunakan kurikulum 1994.
"Maka dari itu salah satu hal kami rencanakan adalah membuat mutu pendidikan di Jakarta menjadi tinggi dan memastikan semua anak bisa sekolah. Karena tanggung jawabnya ada di pemda," ujar Anies.
Kurikulum 2013 merupakan program pengganti kurikulum 2006. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan untuk uji coba penerapan kurikulum tersebut.