Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Pasukan Palang Hitam", Pengurus Jenazah Telantar di Jakarta

Kompas.com - 18/11/2016, 15:44 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ismet (33) tengah duduk di balik meja berbahan kayu dan kaca di  sebuah ruangan kerja berukuran tak besar. Di dalam ruangan itu ada empat orang lainnya. Mereka adalah bagian dari Pasukan Palang Hitam.

Pasukan itu tak begitu dikenal publik tetapi berjasa besar bagi mereka yang membutuhkan. Mereka bertugas mengurus jenazah telantar dan tanpa identitas di Jakarta. Tak jarang mereka juga mengurus jenazah dari panti sosial atau keluarga tak mampu di rumah sakit milik Pemprov DKI Jakarta.

Pekerjaan Ismet tak mudah. Setiap hari ia harus berhadapan dengan jenazah dalam kondisi apa pun. Dari korban kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, tertabrak kereta dan lainnya.

Ia menceritakan ada sejumlah peristiwa yang sempatnya membuatnya terganggu, misalnya ketika harus mengurus jenazah bayi yang telantar atau dibuang.

"Apalagi kalau istri suka hamil, suka ingat," kata Ismet kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (18/11/2016).

Berhadapan dengan jenazah bayi dibuang oleh orangtuanya membuat Ismet dirundung kesedihan. Namun, pekerjaan harus tetap dilakukan. Ia tak mungkin meninggalkan jenazah begitu saja.

Ia juga tak bisa melupakan momen saat mengurus jenazah korban pembunuhan. Kondisi jenazah di bagian leher cukup memprihatinkan.

Personel Pasukan Palang Hitam lainnya, Sam, tak bisa melupakan saat bertugas untuk mengurus jenazah yang kondisinya sudah tidak utuh. Ketika bertugas, Sam berempati dengan para korban dengan menginat latar belakang mereka.

"Misalnya anak SMA tertabrak kereta. Niatnya pergi sekolah, pulang-pulang seperti itu. Kasian kan yang di rumah nungguin," kata dia.

Dari tugasnya ini, Sam selalu mengambil hikmah. Ia berniat dan niat itu ingin ia tularkan kepada setiap orang yang dia kenal bahwa hidup tak boleh disia-siakan. Ia juga meminta agar setiap orang berhati-hati, sehingga tidak meninggal dalam kondisi yang tak diinginkan.

Kebanggan keluarga

Ismet dan Sam sudah berkeluarga. Keduanya mengaku bahwa keluarga mereka bangga dengan profesi yang mereka lakoni. Ismet misalnya, anak-anaknya kerap memberikan apresiasi kepadanya.

"Mereka bangga kalau ayahnya kerja sebagai sopir ambulans ini," kata dia.

Ismet sudah menjadi Pasukan Palang Hitam sejak 2005. Saat ini ia sudah memiliki dua anak. Ismet sadar bahwa pekerjaannya membutuhkan kesiagaan, sehingga ia pun tak mempermasalahkan bila masuk pada hari libur besar.

Sama seperti Ismet, Sam juga menjadi kebanggaan keluarganya. Meskipun hanya bekerja pegawai harian lepas (PHL), pekerjaan itu cukup membanggakan di mata keluarga karena Sam kerap membantu orang lain.

"Ya meskipun dengan status PHL saat ini, saya sudah merasa berkah," kata dia.

Kompas Video Palang Hitam, Para Pemburu Mayat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemkot Tangsel Menanti Bus Transjakarta Rute Pondok Cabe-Lebak Bulus Beroperasi

Pemkot Tangsel Menanti Bus Transjakarta Rute Pondok Cabe-Lebak Bulus Beroperasi

Megapolitan
Jelang Hari Terakhir, Jakarta Lebaran Fair Masih Ramai Dikunjungi

Jelang Hari Terakhir, Jakarta Lebaran Fair Masih Ramai Dikunjungi

Megapolitan
Berenang di Kolam Dewasa, Bocah 7 Tahun di Bekasi Tewas Tenggelam

Berenang di Kolam Dewasa, Bocah 7 Tahun di Bekasi Tewas Tenggelam

Megapolitan
Bangunan Toko 'Saudara Frame' yang Terbakar Hanya Punya 1 Akses Keluar Masuk

Bangunan Toko "Saudara Frame" yang Terbakar Hanya Punya 1 Akses Keluar Masuk

Megapolitan
Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Megapolitan
Cerita 'Horor' Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta 'Resign'

Cerita "Horor" Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta "Resign"

Megapolitan
Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Megapolitan
MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

Megapolitan
Polisi Periksa Satpam dan 'Office Boy' dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Polisi Periksa Satpam dan "Office Boy" dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Megapolitan
Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Megapolitan
4 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

4 Korban Kebakaran "Saudara Frame" yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

Megapolitan
4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

Megapolitan
Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
Maling Motor di Tanah Abang Ditangkap Warga, Sempat Sembunyi di Kandang Ayam

Maling Motor di Tanah Abang Ditangkap Warga, Sempat Sembunyi di Kandang Ayam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com