JAKARTA, KOMPAS.com - Netizen diajak untuk tetap memerhatikan norma dan etika berkomunikasi ketika membahas sesuatu di media sosial. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif PoliticaWave.com, Yose Rizal, saat berbincang dengan Kompas.com pada Senin (21/11/2016) sore.
PoliticaWave merupakan lembaga survei yang melakukan monitoring dan memantau fenomena percakapan di media sosial.
"Pengguna media sosial harus pintar dan bijak. Norma dan etika di dunia nyata juga harus berlaku di dunia maya. Jangan dibikin seperti dunia yang berbeda," kata Yose.
(Baca: PoliticaWave: Terjadi Polarisasi Perbincangan soal Ahok di Media Sosial)
Pendapat mengenai norma dan etika itu disampaikan dalam rangka menanggapi banyaknya perbincangan negatif di media sosial saat ini.
Hal negatif yang dimaksud Yose, salah satunya adalah menyalahkan pilihan politik orang lain, menjelek-jelekkan, bahkan sampai ada yang memutus hubungan pertemanan karena berbeda pendapat.
Menurut Yose, saat ini, banyak netizen yang tidak lagi kritis terhadap materi apa yang mereka konsumsi dan sebarkan ke linimasa masing-masing.
Netizan, kata Yose, memiliki kecenderungan mengambil dan membagikan informasi tanpa dikroscek kebenarannya.
"Termasuk soal isu-isu hoax. Sebenarnya isu hoax kebanyakan disebar sama akun-akun anonim yang tidak jelas atau bot. Saat itu disebar, belum ada damage. Isu itu berdampak ketika pemilik akun milik orang-orang yang real itu sendiri menyebarkannya," tutur Yose.
Di satu sisi, Yose juga merasa pemerintah belum tegas menyikapi penyebar isu hoax dan penebar ujaran kebencian di media sosial. Padahal, perangkat yang mengatur hal tersebut, yakni Undang-Undang ITE, dirasa sudah cukup untuk mengatasi permasalahan itu.
"Pelaksanaan Undang-Undang ITE masih sangat kurang, sehingga seolah-olah masyarakat tidak bisa beretika di media sosial. Harusnya, jika kita tahu di dunia nyata berbuat sesuatu yang menyalahi norma dan etika, maka tidak dilakukan juga di dunia maya," ujar dia.