Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maladi, Pengolah Sampah di Pademangan yang Tak Peduli Pilkada DKI

Kompas.com - 23/11/2016, 09:56 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ahmad Maladi (30) sibuk memisahkan botol plastik dari tumpukan sampah ketika Kompas.com berkunjung ke rumahnya, Selasa (22/11/2016) siang.

Rumah Maladi berdiri di atas tanah seluas 992 meter persegi, tepat di Jalan Laksamana RE Martadinata, Pademangan Barat, Jakarta Utara.

Dari ruas tol dalam kota, lokasi itu terlihat seperti Bantargebang, tetapi dalam skala kecil. Di tempat itu, Maladi membesarkan keluarganya, mencari nafkah, dan menjadi tumpuan pembuangan sampah bagi puluhan rumah di RW 11 Pademangan Barat.

Meski terletak di pinggir jalan tol dan bersebelahan dengan sebuah apartemen tinggi, empat RT di RW 11 Pademangan Barat belum memiliki akses pembuangan limbah yang baik. Selama lebih dari 20 tahun terakhir, RT 08, 09, 10, dan 11 membuang sampah rumah tangganya di sepetak tanah yang dikelola Maladi itu.

"Enggak ada mobil sampah yang angkut ke rumah, warga akhirnya buang di sini," kata Maladi.

Warga sebenarnya bisa saja membayar layanan pengangkutan sampah dengan besaran Rp 15.000 per bulan. Namun, biaya itu dianggap terlalu berat dan hal itu membuat orang akhirnya memilih membuang sampah ke tempat Maladi, cukup dengan membayar Rp 5.000.

Maladi menuturkan awal mula ia terjun ke dunia pengelolaan sampah. Kakeknya yang tinggal di Pademangan Barat memulai usaha itu. Dulu, tanah milik orang itu merupakan empang. Namun, sampah terus ditimbun hingga kini empang itu empuk dengan timbunan sampah dan jadi daratan.

Ketika kakeknya sakit, Maladi, yang merupakan anak terakhir dari 12 bersaudara itu, diminta mengurus kakeknya. Ia kemudian diwarisi usaha itu pada 2005.

"Katanya cuma saya yang sanggup kerja begini," ujarnya.

Selama belasan tahun, Maladi belajar memilah sampah yang bisa didaur ulang dengan yang tidak. Sampah organik akan dibakar ketika cuaca cerah. Botol plastik dikumpulkan ke dalam karung dan dijual dengan harga Rp 15.000 per karung.

Maladi bisa mengumpulkan satu karung tiap hari. Ia lalu menjualnya ke pengepul seminggu sekali.

Selain itu, di sebelah tempat pembuangan itu, ada bengkel kerajinan yang mengerjakan berbagai hiasan, sebagian bahannya dikumpulkan dari sampah.

"Yang pesan di sini itu biasanya Ancol, kalau ada acara, pesan styrofoam, tulisan macam-macam di sini juga kerjainnya," ujar Maladi.

Ia kini mengisi peran sebagai bagian kebersihan di kepengurusan RW 11 Pademangan Barat. Tak ada upah dari jabatan itu.

Politik sampah

Di tengah riuh warga Pademangan Barat mengikuti kampanye calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Maladi memilih sibuk memilah botol plastik. Ketika Sandiaga Uno diminta meninjau tempat pembuangan sampah itu, Maladi pun tak menggubris untuk menemui dan bersalaman dengan Sandiaga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

Megapolitan
Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com