Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/11/2016, 17:21 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, menilai bahwa ucapan Gubernur DKI Jakarta non-aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang mengutip ayat suci, justru menghidupkan kembali isu primordialisme dalam memilih pemimpin di kalangan pemilih Jakarta.

Padahal, kata Burhan, isu tersebut pada awalnya tidak lagi mencuat. Situasi itulah yang menurut Burhan berdampak terhadap penurunan elektabilitas Ahok berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Indikator.

"Terpelesetnya Ahok dalam Al Maidah 51 membuat isu primordialisme yang sebelumnya mengendap jadi muncul ke permukaan. Tren penurunan elektabilitas Ahok terjadi bersamaan dengan kasus Al Maidah," kata Burhan saat mengumumkan hasil survei di kantornya di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (24/11/2016).

Menurut Burhan, mayoritas warga Jakarta punya tingkat pendidikan dan ekonomi yang lebih baik ketimbang warga daerah lain.

(Baca juga: Survei Indikator: Elektabilitas Agus-Sylvi Ada di Posisi Pertama)

Kondisi itulah yang disebutnya membuat warga lebih rasional dalam memilih pemimpin.

Isu primordial pun, kata dia, tak pernah menjadi isu dominan pada dua pilkada sebelumnya, yakni Pilkada DKI 2007 dan Pilkada DKI 2012.

"Kalau enggak rasional, enggak mungkin Jokowi dan Ahok terpilih (pada Pilkada 2012)," ujar Burhan.

Hasil terbaru survei Indikator menempatkan Ahok di peringkat kedua dengan elektabilitas 26,2 persen.

Ia dikalahkan calon gubernur nomor satu, Agus Harimurti Yudhoyono, yang berada di peringkat pertama dengan elektabilitas 30,4 persen.

Namun, Ahok masih mengungguli calon gubernur nomor tiga, Anies Baswedan, yang ada di peringkat ketiga dengan elektabilitas 24,5 persen.

Padahal, pada survei-survei sebelumnya, Ahok selalu menempati posisi teratas.

Meski menurun, Burhan menyebut mayoritas warga puas terhadap kinerja pemerintahan Ahok dalam berbagai bidang, seperti dalam penanganan banjir, sampah, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik.

"Ini jadi bukti warga Jakarta terbelah antara hati dan pikirannya. Mereka mengakui kinerja Ahok tapi hati mereka sulit menerima Ahok," ucap Burhan.

(Baca juga: Hasil Survei Indikator: Warga Jakarta Puas Kinerja Ahok, tetapi Tak Mau Memilihnya)

Kompas TV Survei LSI: Elektabilitas Ahok Mengalami Penurunan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Tetangga Sempat Cium Bau Bensin Sebelum Kebakaran Rumah di Pulogadung

Tetangga Sempat Cium Bau Bensin Sebelum Kebakaran Rumah di Pulogadung

Megapolitan
Momen Mencekam Saat Pasar Lama Tangerang Terbakar Hebat, Si Jago Merah Muncul Saat Sedang Ramai Pengunjung

Momen Mencekam Saat Pasar Lama Tangerang Terbakar Hebat, Si Jago Merah Muncul Saat Sedang Ramai Pengunjung

Megapolitan
Usai Kaesang Jadi Kader, DPD PSI Depok Sebut Ada Kejutan Lebih Besar Lagi

Usai Kaesang Jadi Kader, DPD PSI Depok Sebut Ada Kejutan Lebih Besar Lagi

Megapolitan
Siasat Muncikari Jerat Anak di Bawah Umur ke dalam Prostitusi 'Online', Berawal dari Masuk ke Jaringan Pergaulan

Siasat Muncikari Jerat Anak di Bawah Umur ke dalam Prostitusi "Online", Berawal dari Masuk ke Jaringan Pergaulan

Megapolitan
Kaesang Merapat, DPD PSI Berharap Wacana 'Nyalon' Wali Kota Depok Jadi Kenyataan

Kaesang Merapat, DPD PSI Berharap Wacana "Nyalon" Wali Kota Depok Jadi Kenyataan

Megapolitan
Hendak Tawuran, Tiga Remaja Bersenjata Tajam Diciduk Polisi di Pasar Minggu

Hendak Tawuran, Tiga Remaja Bersenjata Tajam Diciduk Polisi di Pasar Minggu

Megapolitan
Kebakaran di Kawasan Kuliner Pasar Lama Tangerang Bukan di Area yang Ramai PKL

Kebakaran di Kawasan Kuliner Pasar Lama Tangerang Bukan di Area yang Ramai PKL

Megapolitan
Kasat Lantas Polres Jakarta Timur Meninggal Dunia karena Serangan Jantung

Kasat Lantas Polres Jakarta Timur Meninggal Dunia karena Serangan Jantung

Megapolitan
Pasar Lama Tangerang Sedang Ramai Saat Kebakaran, Pengunjung Berhamburan Jauhi Api

Pasar Lama Tangerang Sedang Ramai Saat Kebakaran, Pengunjung Berhamburan Jauhi Api

Megapolitan
Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan 'Debt Collector' Saat Suami di Luar Kota

Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan "Debt Collector" Saat Suami di Luar Kota

Megapolitan
Kasus Prostitusi Anak Online di Jakpus, Muncikari Panggil Korban yang Dipilih Pelanggan

Kasus Prostitusi Anak Online di Jakpus, Muncikari Panggil Korban yang Dipilih Pelanggan

Megapolitan
'Debt Collector' di Jaksel Lakukan Aksi Tak Senonoh Saat Tagih Utang ke Nasabah Perempuan

"Debt Collector" di Jaksel Lakukan Aksi Tak Senonoh Saat Tagih Utang ke Nasabah Perempuan

Megapolitan
Rayu Hendak Bantu Lunaskan Utang, 'Debt Collector' Lecehkan Perempuan di Pesanggrahan

Rayu Hendak Bantu Lunaskan Utang, "Debt Collector" Lecehkan Perempuan di Pesanggrahan

Megapolitan
Polisi Cari Kemungkinan Pelaku Lain pada Kasus Prostitusi Anak di Medsos

Polisi Cari Kemungkinan Pelaku Lain pada Kasus Prostitusi Anak di Medsos

Megapolitan
Bukti Prostitusi di Gang Royal Tak Bisa Diselesaikan Hanya dengan Hancurkan Bangunannya

Bukti Prostitusi di Gang Royal Tak Bisa Diselesaikan Hanya dengan Hancurkan Bangunannya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com