Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok-Djarot Ingin Galang Dana Kampanye di Kampung-kampung

Kompas.com - 28/11/2016, 08:06 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat tidak hanya menggalang dana kampanye dari kalangan menengah ke atas, tapi juga berencana menggalang dana dari warga di perkampungan Jakarta.

Menurut Djarot, penggalangan dana kampanye dari warga di perkampungan bertujuan untuk menumbuhkan semangat bahwa Ahok-Djarot didukung seluruh lapisan.

"Kami berusaha hadir juga ke tengah saudara-saudara kami yang ada di kampung-kampung. Hal ini untuk menunjukkan Basuki-Djarot itu dimiliki semua masyarakat Jakarta," kata Djarot, di Hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (27/11/2016).

Djarot menyampaikan hal itu saat mengadakan jamuan makan berbayar dengan pendukungnya. Menurut Djarot, metode penggalangan dana kampanye di permukiman sudah dilakukan saat ia blusukan kampanye ke salah satu wilayah di Jakarta pada pekan ini.

"Ada mereka yang mengeluarkan uang dari saku mereka. Kemarin saya sudah mendapatkan sumbangan Rp 1,2 juta," ujar Djarot.

Sementara itu, Ahok mengatakan saat penggalangan dana kampanye dengan jamuan makan berbaya di Hotel Dharmawangsa, ada salah seorang asisten rumah tangga yang ingin ikut menyumbang.

Namun karena tak memiliki Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP), asisten rumah tangga itu menitipkan kepada majikannya yang ikut hadir jamuan makan berbayar.

Nomor NPWP merupakan salah satu syarat yang harus disertakan bagi pendukung Ahok-Djarot yang ingin terlibat penggalangan dana kampanye.

"Dia (asisten rumah tangga) ikut nyumbang Rp 50.000-100.000. Ini menarik sekali," kata Ahok, saat ditemui usai acara.

(Baca: KPU DKI Resmi Naikkan Batasan Dana Kampanye Jadi Rp 203 Miliar)

Dalam jamuan makan di Hotel Dharmawangsa, tercatat ada 160 orang warga yang datang. Ada dua tarif yang dikenakan kepada pendukung yang datang, yakni Rp 5 juta per kursi untuk yang duduk semeja dengan Ahok dan Djarot, dan Rp 2,5 juta per kursi untuk yang duduk di meja lainnya.

Selain jamuan makan, tim kampanye juga menggalang dana bagi pendukung yang ingin menyumbangkan uangnya.

Sumbangan dilakukan secara non tunai melalui penggunaan mesin electronic data capture (EDC) Bank BCA. Untuk sumbangan dana, setiap orang pendukung dibebaskan memberikan sumbangan sesuai kemampuannya.

Namun, sumbangan maksimal dibatasi hanya Rp 75 Juta per orang. Hal itu mengacu pada peraturan yang diterbitkan Komisi Pemilihan Umum.

Kompas TV Elektabilitas Ahok-Djarot Merosot Tajam
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com