Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan 4 Hari bersama Helikopter Bell 412EP

Kompas.com - 28/11/2016, 19:18 WIB

Kisah unik-menarik, bahkan sedikit klenik, kami peroleh dari para prajurit asal Batalyon Infanteri 713/Satyatama, Gorontalo, Sulawesi. Misalnya, kisah terkait musibah jatuhnya Helikopter Mi-17 Milik TNI Angkatan Darat yang menewaskan 13 orang, anggota TNI maupun warga sipil.

Tempat tersebut juga menjadi lokasi, semacam wajib dikunjungi tentara yang bertugas ke Long Bulan. Penerbang yang memasok kebutuhan pokok prajurit, dikenal dengan istilah pendorongan logistik (dorlog), terpanggil singgah dan ziarah ke lokasi musibah.

Pilot Yohanes, misalnya, mengakui pernah mampir ke lokasi heli jatuh.

"Saya pernah melihat lokasi jatuhnya heli di Long Bulan, yang tadi kita terbangi. Saya turut berduka dan berdoa terhadap rekan-rekan kami yang gugur," ujar Yohanes saat saya wawancarai dalam kesempatan terpisah-pisah karena waktu sempit.

Walaupun heli pernah mengalami kecelakaan, kata dia, hal itu tidak menciutkan nyali dalam bertugas.

"Helikopter kita pernah jatuh, tapi sama sekali itu tidak mengecilkan hati, dan tidak membuat takut kru-kru kami. Karena jiwa kami lebih terpanggil untuk dorlog ke rekan-rekan di perbatasan untuk mengantarkan makanan kepada petugas," kata Yohanes.

Lulusan Sekolah Penerbang TNI AD tahun 2009 ini akan menjadikan insiden tersebut sebagai bahan pelajaran agar tidak muncul lagi masalah serupa di kemudian hari.

Mayjen Johny sendiri mampir ke lokasi heli ini, untuk kali pertama. Usai patroli patok/tugu perbatasan, sekitar 700 meter dari pos Long Bulan, ke tengah hutan, Pangdam menyempatkan waktu berkunjung ke lokasi heli jatuh. Dia pun meminpin doa di lokasi heli nahas itu.

"Saya mengunjungi lokasi heli jatuh, supaya tahu letak dan kondisinya. Sehingga kalau ditanya orang lain, saya bisa menceritakan, semacam referensilah," kata Johny.

Di lokasi jatuhnya heli itu, banyak kisah misterius, bahkan terkesan klenik. Saat bermalam di pos Long Bulan, Selasa (23/8/2016), kami mendengar kisah-kisah unik tentang peristiwa heli jatuh, maupun sesudahnya.

Kemudian, dalam penerbangan hari ketiga, Rabu (24/8/2016), saat itu, Yohanes mendaratkan tersebut, tidak mendarat sempurna di landasan atau helipad, sebab landasan yang terbuat dari papan dalam kodisi kurang laik. Baling-baling tetap berputar saat penumpang naik.

"Heli tidak bisa mendarat sebab landasan tidak kuat. Takutnya kalau heli mendarat, ada papan yang patah, lalu saat terbang, papan terangkat justru bisa bikin heli miring. Kalau sudah miring bahaya, baling-baling bisa menghantam helipad," ujar Johny L Tobing.

Kami terbang menuju pos Long Pujungan, Kecamaan Pujungan, Malinau. Waktu yang diperlukan sekitar 30 menit. Dalam penerbangan, heli rata-rata kecepatan 100 - 122 knot (setara 185 - 222 km/jam).

Setelah terbang sekitar 15 menit, di atas hutan lebat, dan pegunungan dengan lembah yang terjal, badan helikopter tiba-tiba terguncang, oleng ke kiri dan kanan. Ekornya terasa berbelok, dan kecepatan mendadak menurun. Memang tidak sampai terhempas, mengocok perut penumpang.

Andaikan tangan memegang gelas berisi tiga perempat, airnya tidak akan tertumpah oleh karena guncangan.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Jadwal Pra PPDB SD dan SMP Kota Tangerang 2024 dan Cara Daftarnya

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com