Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kasus Dugaan Penistaan Agama Jadi Beban Elektoral bagi Ahok-Djarot"

Kompas.com - 29/11/2016, 15:12 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan bahwa kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Gubernur DKI Jakarta non-aktif, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, menjadi beban elektoral bagi pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI Jakarta 2017. 

Beban itu berdampak terhadap penurunan elektabilitas pasangan calon petahana tersebut.

Berdasarkan hasil survei Charta Politika, ada beberapa faktor masyarakat tidak memilih Ahok.

Dari 521 responden yang bukan pemilih Ahok, 17,1 persen di antaranya tidak memilih Ahok karena bicaranya yang kasar, 15,1 persen karena berbeda agama, 6 persen karena kasus penistaan agama, dan 5 persen yang tidak memilih karena menilai Ahok arogan.

(Baca juga: Meski Kini Menurun, Elektabilitas Ahok-Djarot Diyakini Meningkat pada Januari)

Sementara itu, responden yang tidak menjawab sebesar 56 persen. Yunarto berpendapat, faktor bicara kasar, beda agama, dan penistaan agama saling berkaitan dengan kasus Ahok saat ini.

"Yang kalau dicampur faktor primordial karena penistaan agama, angka itu tidak kecil, itu 17,1 persen plus (ditambah), 15,1 persen plus 6 persen. Itu bukan angka kecil yang membuat efeknya kemudian menjadi besar," kata Yunarto di kantor Charta Politika, Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2016).

Berdasarkan survei Charta Politika, elektabilitas Ahok-Djarot berada di urutan kedua dengan angka 28,9 persen dalam pertanyaan bila Pilkada DKI Jakarta 2017 dilakukan hari ini.

Posisi Ahok-Djarot ini berada di bawah Agus Harimurti-Sylviana Murni dengan perolehan 29,5 persen.

Oleh karena itu, Yunarto mengatakan bahwa ia tidak sependapat bila ada peneliti yang mengatakan masyarakat Jakarta rasional dan tidak mungkin ada faktor primordialisme.

Menurut dia, faktor tersebut masih ada di Indonesia. Bahkan, kata dia, di negara maju di Eropa Barat dan Amerika Serikat pun masih ada faktor primordialisme.

"Ditambah dengan kasus ini yang menyeret aspek primordialisme, saya tidak kaget ini menjadi tsunami politik yang menjadi beban elektoral buat Ahok-Djarot," kata dia.

(Baca juga: Penetapan Tersangka Ahok dan Pengaruhnya pada Elektabilitas)

Adapun pengumpulan data dalam survei ini dilakukan pada 17-24 November 2016. Survei ini dilakukan dengan metode wawancara tatap muka yang menggunakan kuesioner terstruktur.

Jumlah sampel sebanyak 733 responden dari 800 yang direncanakan. Responden tersebar di lima wilayah kota administrasi dan satu kepulauan.

Margin of error dalam survei ini kurang lebih 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini dilakukan dengan dana sendiri.

Kompas TV Survei Poltracking: Elektabilitas Agus-Sylvi Unggul
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com