Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Kritik Sistem Pengaduan Warga yang Diterapkan Ahok

Kompas.com - 29/11/2016, 17:54 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan, mengkritik sistem pengaduan warga yang dijalankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan calon gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Menurut Anies, sistem yang kini dijalankan Ahok terlalu menitikberatkan beban masalah kepada satu orang.

Padahal, kata dia, beban masalah seharusnya bisa diselesaikan dengan melibatkan partisipasi semua aparat pemerintah.

"Beban seorang gubernur berat kalau mendorong semua itu dari tangannya sendiri," kata Anies saat berkunjung ke Kantor Persatuan Wartawan Indonesia di Jalan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2016).

(Baca juga: Agus Bilang Tak Paham Kritikan Anies soal Dana Rp 1 Miliar Per RW)

Anies menganggap sistem pengaduan yang kini dijalankan Ahok tersebut tak efektif.

Sebab, ia menilai, sering kali laporan pengaduan yang diterima Ahok adalah masalah yang seharusnya bisa segera ditangani oleh jajaran pejabat di bawahnya.

"Lihat saja rumah susun. Rumah susun kalau airnya bermasalah harus lapor ke mana coba? Terus sekolah. Kalau ada sekolah yang rusak mau lapornya ke mana? Nomor kepala sub dinasnya enggak tahu. Sering kali kita melapor terlalu tinggi, padahal masalahnya ada di level bawah," kata Anies.

Selain tak efektif, Anies menilai sistem yang dijalankan Ahok tak bisa mengatasi masalah dengan cepat karena memperpanjang jalur birokrasi.

"Yang harus dilakukan untuk mengubah agar birokrasi responsif adalah memperpendek jarak antara masalah dan solusi. Warga datang menceritakan masalah, aparat pemerintah datang membawa solusi. Cuma selama ini kalau kita bayangkan nih antara masalah dan solusi, naik dulu ke atas baru turun lagi ke bawah," ujar Anies.

Karena itu, jika nantinya terpilih sebagai gubernur, Anies menyatakan bahwa ia akan menerapkan sistem yang melibatkan partisipasi semua aparat pemerintah.

Dalam sistem ini, kata Anies, warga nantinya akan dapat mengetahui langsung aparat pemerintah yang menjadi penanggung jawab dari setiap masalah yang ditemukan.

Dengan demikian, warga akan bisa langsung melapor ke aparat yang bersangkutan tanpa perlu menyampaikannya lebih dulu kepada gubernur.

Menurut Anies, sistem ini akan tetap mengedepankan teknologi aplikasi, seperti Qlue, yang kini dijalankan pemerintahan Ahok.

"Semua pejabat publik di Jakarta wajahnya harus diketahui publik, yang bertanggung jawab atas rumah susun siapa, pasang namanya, pasang fotonya, pasang nomor teleponnya. Kalau air macet, teleponnya jelas," ujar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

(Baca juga: Survei: Agus Disukai 31 Persen, Ahok 27,8, dan Anies 27,3 Responden)

Anies menyatakan, sistem serupa sudah dijalankannya saat masih aktif sebagai Mendikbud. Nama sistem itu adalah Neraca Pendidikan.

"Ini bukan barang baru, ini sudah dikerjakan di banyak tempat, cuma di Jakarta belum dilakukan dengan optimal. Saya sudah mengerjakan itu Kemendikbud. Semua aparat kabupaten namanya ada, nomornya ada. Jadi, kalau ada masalah tinggal ngontak," tutur Anies.

Kompas TV Anies Baswedan Dengarkan Keluhan di Forum RT-RW
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com