JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya penghadangan terhadap calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, telah dilaporkan kepada Bawaslu DKI Jakarta pada Senin (28/11/2016).
Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti mengatakan, ada dua orang yang dilaporkan dalam dugaan penghalangan kampanye tersebut.
"Ada dua nama yang disebutkan oleh pelapor. Sementara ini (yang dilaporkan adalah) warga," ujar Mimah di Kantor Bawaslu DKI, Sunter Agung, Jakarta Utara, Rabu (30/11/2016) malam.
Mimah belum mendapatkan informasi apakah orang yang diduga menghadang kampanye Djarot di Petamburan itu berkaitan dengan upaya-upaya penghadangan yang dialami Djarot sebelumnya.
(Baca juga: Datangi Kantor Bawaslu, Djarot Beri Keterangan soal Penghadangan di Petamburan)
Bawaslu DKI akan menanyakan hal tersebut saat meminta keterangan dua orang terlapor itu.
"Kalau dalam pertanyaan-pertanyaan bisa kita ajukan, tetapi tentu kita akan fokus kepada kenapa dia menghalangi, itu kita akan tanyakan, karena kan jelas bahwa menghalangi itu ada ketentuan pidananya, tujuan dia apa," kata Mimah.
Hingga saat ini, Bawaslu DKI sudah memeriksa lima orang saksi, termasuk Djarot. Bawaslu DKI memiliki waktu lima hari untuk menangani dugaan penghadangan tersebut hingga Sabtu (3/12/2016).
Setelah itu, Bawaslu DKI bersama tim sentra penegakkan hukum terpadu (gakkumdu) akan memutuskan apakah penghadangan tersebut diduga sebagai tindak pidana pemilu atau tidak.
Diduga, ada pelanggaran terhadap Pasal 187 ayat 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pilkada dalam penghadangan terhadap Djarot.
Ancaman hukumannya, 1-6 bulan penjara dan/atau denda Rp 600.000-Rp 6.000.000.
(Baca juga: Bawaslu DKI Terima Laporan Penghadangan Djarot di Petamburan)
Saat itu, Djarot mengunjungi permukiman warga yang terletak di pinggir rel kereta dan berdialog denga mereka.
Namun, saat berkeliling, sekelompok orang sudah menghadang kedatangan Djarot. Mereka tidak mengizinkan Djarot dan rombongan untuk blusukan di sana.
Penghadang Djarot juga sempat berdebat dengan beberapa simpatisan.
Untuk menjaga situasi tetap kondusif, Djarot dan rombongan memilih memutar balik dan melanjutkan blusukan-nya di Kelurahan Bendungan Hilir, seberang rel kereta.