Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Kota Masih Rentan KDRT

Kompas.com - 09/12/2016, 19:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Perempuan di Ibu Kota masih rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, perkawinan di bawah umur, dan pelecehan seksual. Tak adanya pendidikan bagi pemberdayaan perempuan membuat perempuan tetap rawan terhadap kekerasan. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin DKI Jakarta pada masa depan.

Permasalahan yang masih dihadapi perempuan itu menjadi dasar penyelenggaraan "Festival Budaya Perempuan: 1001 Cerita Perempuan Ciliwung untuk Kesetaraan Perdamaian dan Penghapusan Kemiskinan" yang diadakan Institut KAPAL Perempuan di Gelanggang Olahraga Remaja Jakarta Timur, Jalan Otista, Jakarta Timur, Kamis (8/12).

Hadir pada acara itu calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan serta perwakilan dari tim kampanye calon gubernur DKI Agus Harimurti Yudhoyono dan Basuki Tjahaja Purnama.

Festival itu menampilkan sejumlah tulisan kaum perempuan dari keluarga miskin terkait permasalahan kehidupan mereka sehari-hari yang rentan terhadap kekerasan dan kesulitan ekonomi. Marjinem (47), salah satunya, yang mengungkapkan kesulitan ekonomi akibat suaminya yang tak bekerja dan selingkuh.

"Saya nyaris bunuh diri karena hasil saya berdagang sayuran hanya untuk membayar utang suami. Sampai anak saya putus sekolah karena saya kehabisan uang," ucapnya.

Direktur Institut KAPAL Perempuan Misiyah mengatakan, kekerasan terhadap perempuan masih sangat rawan terjadi di tengah Jakarta yang metropolis.

Hal itu terungkap dari catatan yang dituliskan 824 perempuan dari keluarga miskin di Jakarta. Mereka tergabung dalam Sekolah Perempuan yang didampingi Institut KAPAL Perempuan. Secara kualitatif, dari catatan itu tergambarkan bahwa perempuan masih menjadi obyek kekerasan.

Kendati tulisan-tulisan itu berisi gambaran di lingkup keluarga miskin, lanjut Misiyah, kondisi serupa juga banyak dihadapi perempuan di kelas menengah. Hanya bedanya, perempuan kelas menengah memiliki pengetahuan dan akses untuk menggugat kekerasan yang dialami.

"Di kelas menengah, kekerasan terhadap perempuan masih terjadi karena masih kuatnya budaya patriarki dan tak adanya pendidikan pemberdayaan perempuan," ucapnya.

Penyuluhan terkait kesehatan reproduksi saja, kata Misiyah, belum ada di Jakarta. Hal itu menjadi salah satu penyebab pernikahan usia dini masih terjadi.

Misiyah menambahkan, pemberdayaan perempuan tidak semata pemberdayaan ekonomi, tetapi juga membangun kesadaran perempuan akan hak-hak mereka di bidang pendidikan, kesehatan, dan dalam pengambilan keputusan.

"Hal ini harus menjadi perhatian bagi para cagub DKI agar perempuan di Jakarta dapat lebih berdaya untuk memenuhi hak-haknya," katanya.

Seusai menghadiri acara tersebut, cagub DKI Anies Baswedan menyampaikan pentingnya perempuan terdidik dalam keluarga. Seorang ibu yang terdidik dapat memberi pengasuhan yang baik terhadap anak-anaknya.

"Ibu saya, contohnya, merupakan satu dari sebagian kecil kaum perempuan yang mengenyam pendidikan pada masa lampau. Hasilnya tidak hanya saya yang merasakan, tetapi juga generasi selanjutnya," ujar Anis.

Firliana Purwanti, yang mewakili cagub Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan, dalam program kerjanya, AHY memastikan penggunaan anggaran untuk melayani perempuan korban kekerasan.

Siswi diperkosa

Salah satu kasus kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi terhadap DS (12), siswi kelas 1 SMP di Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, Banten. Ia diduga diperkosa gurunya, WR (30), saat berniat belajar melukis, Rabu (7/12). Pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Balaraja, Kamis.

Kepala Polsek Balaraja Komisaris Wiwin Setiawan membenarkan adanya laporan tersebut. "Kasus ini masih dalam penyelidikan. Kami masih meminta keterangan sejumlah saksi, termasuk saksi korban. Sementara petugas mengejar terduga pelaku. Petugas sempat mendatangi rumah terduga pelaku, tetapi sudah kosong," kata Wiwin.

Berdasarkan laporan tersebut, kejadian bermula saat korban ditemani rekannya, EDH (12), tetangga terduga pelaku, mendatangi kediaman terduga pelaku. Korban ingin terduga pelaku membuatkan lukisan untuknya. Setelah menyampaikan maksud tersebut, EDH langsung pulang, sementara korban berada di rumah terduga pelaku.

Saat itulah, terduga pelaku melakukan aksi bejatnya. "Terduga pelaku menyuruh korban menunggu di dalam kamar. Selanjutnya, ia masuk dan mengunci kamar itu. Di kamar itu, ia melakukan pelecehan seksual terhadap korban," ujar Wiwin.

Seusai memerkosa korban, terduga pelaku membiarkan korban berlari keluar rumah. Korban lalu menuju rumah temannya, EDH, yang tinggal tak jauh dari rumah terduga pelaku. (MDN/PIN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Desember 2016, di halaman 28 dengan judul "Ibu Kota Masih Rentan KDRT".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com