Ahok hanya mengucapkan terima kasih saja karena ada warga yang membantunya. Namun dia tidak mau gegabah untuk mengundang relawan yang belum tentu berhasil memberi dia tiket itu.
"Bikin repot saja sebenarnya. Kan mesti terkumpul fotokopi satu juta KTP. Nanti kalau baru terkumpul sedikit, malah banyak yang bikin website kedua, ketiga, dan lainnya, bisa mabok saya," ujar Ahok.
Namun, setelah berhasil mengumpulkan syarat minimal data KTP, Ahok seolah melihat bukti keseriusan Teman Ahok dalam mendukungnya. Pada 25 Januari 2016 di Balai Kota, Ahok mengundang Teman Ahok untuk makan siang sekaligus bertemu untuk pertama kalinya.
"Ini pertemuan pertama Teman Ahok dan Pak Ahok. Tadi ngobrol santai saja, tetapi kami menegaskan jumlah KTP cukup untuk maju secara independen," ujar Amalia.
Dalam pertemuan itu juga, Ahok menantang Teman Ahok untuk mengumpulkan 1 juta data KTP.
11 Maret 2016
Hingga Maret 2016, Teman Ahok mampu mengumpulkan 784.977 data KTP. Namun, pada 11 Maret 2016, Teman Ahok memutuskan untuk mengumpulkan ulang data KTP dari nol.
Hal ini karena dalam formulir data KTP tidak tertulis nama wakil gubernur yang akan mendampingi Ahok. Beberapa hari sebelumnya, Teman Ahok sudah mendesak Ahok untuk menunjuk satu orang yang akan menjadi wakilnya.
Ahok pun menunjuk Heru Budi Hartono, seorang PNS DKI yang menduduki jabata Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah DKI Jakarta sebagai calon wakil gubernurnya.
Bersamaan dengan itu, satu per satu partai politik mulai memberikan dukungan untuk Ahok. Partai Nasdem mendukung Ahok pada 12 Februari 2016, Partai Hanura mendeklarasikan dukungan pada 26 Maret 2016, dan partai Golkar mendeklarasikan dukungan pada 14 Juni 2016.