Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot: Saya Tanya Siapa Komandannya, Dia secara "Gentle" Menghampiri Saya

Kompas.com - 16/12/2016, 10:53 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menyebut penghadangnya, Naman Sanip (52), sebagai orang yang gentle. Dia berani menghadapi Djarot yang dicegatnya di Kembangan Utara, Jakarta Barat, pada 9 November 2016.

"Saat saya tanya tiga kali siapa komandannya, beliau (Naman)-lah yang secara gentle datang menghampiri saya," ujar Djarot saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Jalan Letjen S Parman, Jumat (16/12/2016). 

Djarot menjelaskan kronologi penghadangan yang dialaminya itu. Pada 9 November itu, Djarot dijadwalkan kampanye di tiga sampai empat titik di Kembangan Utara.

Di titik pertama, Djarot bertemu dan berdialog dengan warga. Dia mengaku tidak mengalami persoalan atau tidak ada penghadangan di sana. Warga menerima kehadirannya dengan baik.

"Kemudian kami jalan menyeberangi Kali Pesanggrahan. Kami ingin meninjau lokasi RW 05. Setelah menyeberang, ada sekelompok orang berteriak-teriak dan nyanyi-nyanyi yang intinya adalah menolak kehadiran Pak Basuki Tjahaja," kata dia.

Djarot kemudian menghampiri sekelompok orang tersebut. Dia menanyakan siapa komandan kelompok orang yang menghadangnya itu. Naman kemudian maju dan mendatangi Djarot dan berdialog.

"Beliau menjelaskan bahwa dia menolak kehadiran Pak Ahok karena menistakan agama. Saya bilang, saya Djarot. Dia bilang, 'Sama aja kan Bapak satu grup dengan Pak Ahok'," ucap Djarot.

Wagub non-aktif DKI itu kemudian menjelaskan bahwa kampanyenya dilindungi undang-undang, lalu pelanggar bisa dilaporkan ke Bawaslu dan polisi. Djarot menuturkan, sekelompok orang yang menghadangnya itu berjumlah 15-20 orang. Rata-rata usia mereka masih muda.

Mereka membawa spanduk penolakan. Namun, saat ditanya siapa komandannya, hanya Naman yang maju menghampirinya. Djarot tidak tahu apakah Naman menghampirinya karena disuruh atau atas inisiatif sendiri. Dia hanya menganggap Naman sebagai komandan penghadangnya karena saat dia bertanya, Naman-lah yang maju.

"Saya mengapresiasi terdakwa bahwa terdakwa itu kesatria, kemudian bersedia berdialog. Meskipun saya tidak tahu beliau komandannya atau tidak, beliau mengambil inisiatif berdialog," ujarnya.

Kompas TV Penghadang Cawagub Djarot Minta Maaf
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com