Operasi cipta kondisi itu juga menjadi upaya mem-back-up rencana Pemprov DKI Jakarta menertibkan Kalijodo. Operasi Pekat Jaya itu dibantu pihak Kodam Jaya.
Awalnya, Operasi Pekat Jaya dijadwalkan pada Kamis (18/2/2016). Sebanyak 1.000 anggota kepolisian dikerahkan untuk operasi tersebut.
Namun, pada Kamis itu, ternyata operasi tidak dilakukan. Hari itu hanya dilakukan penempelan SP 1 oleh Pemerintah Kota Jakarta Utara di sejumlah titik di Kalijodo. Penempelan SP 1 itu pun dikawal oleh ketat aparat kepolisian dan TNI.
Pada malam harinya, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya saat itu, Komisaris Besar Krishna Murti, menyambangi kawasan Kalijodo. Kedatangan Krishna disebut dalam rangka patroli dan menciptakan rasa aman masyarakat.
Krishna datang bersama puluhan personel polisi dan beberapa anggota TNI. Kedatangan mantan Kapolsek Penjaringan itu juga mendapat pengawalan dari personel Brimob bersenjata lengkap.
Operasi Pekat itu baru terlaksana pada Sabtu (20/2/2016). Ada sekitar 6.000 aparat gabungan Polri, TNI, dan Pemprov DKI Jakarta diterjunkan dalam operasi tersebut.
Operasi dipimpin langsung oleh Tito Karnavian. Dalam razia itu, polisi menemukan senjata tajam, berupa anak panah, golok, samurai, bidik di Kafe Intan milik Daeng Azis.
Selain itu, ditemukan ratusan kotak kondom, sejumlah kepingan film porno, puluhan pak bir, dan puluhan busur untuk permainan ketangkasan.
Data yang dilansir Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya saat itu, Komisaris Besar Muhammmad Iqbal, menyebutkan bahwa barang-barang yang disita terdiri dari 9.923 botol minuman keras, 166 pak kondom, 33 senjata tajam dari berbagai jenis, 2 palu, 8 linggis, 3 tang, 9 obeng, 1 senapan angin, 436 anak panah, dan 8 katapel.
Barang-barang yang disita itu langsung dibawa ke Mapolda Metro Jaya dengan menggunakan truk-truk milik Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Menurut Tito, saat razia digelar, para pemilik kafe dan preman sudah banyak yang kabur, sehingga tak bisa langsung dimintai keterangan.
Dalam razia yang digelar Sabtu (20/2/2016) malam, polisi menggelandang seorang pria, DK, yang diduga berprofesi sebagai mucikari di lokalisasi Kalijodo, Jakarta Utara.
Kemudian, pada Selasa (22/2/2016), Polda Metro Jaya menetapkan tokoh masyarakat Kalijodo, Daeng Azis, sebagai tersangka kasus dugaan prostitusi atau perdagangan wanita.
Belakangan, pada Jumat (26/2/2016), Azis kembali ditetapkan sebagai tersangka kasus pencurian listrik. Ia diduga mencuri listrik untuk kafe miliknya di Kalijodo, yakni Kafe Intan.
(Baca juga: Divonis 10 Bulan Penjara, Bagaimana Akhir Perlawanan Daeng Azis?)
Kalijodo yang sepi
Suasana sepi di Kalijodo mulai terasa saat malam setelah Operasi Pekat. Tak ada ingar bingar musik dangdut dari kafe-kafe Kalijodo.
Para pemilik dan pekerja seks komersial di kafe-kafe itu telah meninggalkan Kalijodo. Mereka memilih untuk pergi daripada berurusan dengan kepolisian saat razia.
Kafe di Kalijodo juga tampak berantakan. Mulai dari baju, pakaian dalam, hingga kondom, berserakan di sana. Sampah-sampah berserakan di kafe hingga ke jalan.
(Baca juga: Terkuburnya Kekuasaan Daeng Azis dalam Reruntuhan Bangunan Kalijodo )
Kafe di kawasan Kalijodo seusai razia tersebut tampak tak keruan. Sebagian besar barang yang ada di dalam kafe tersebut dijarah warga.
Mulai dari pintu kamar, kasur, tempat tidur, meja, kursi, besi-besi tangga, talang air, hingga AC atau pendingin ruangan dijarah.
Wali Kota Jakarta Utara saat itu, Rustam Effendi, berada tepat di depan Kafe Intan milik Azis. Penggusuran dimulai dari Kafe Intan. Sirene pun dibunyikan sebagai tanda dimulainya penggusuran.
Alat berat mulai mengayun dan merobohkan gedung dan rumah-rumah di Kalijodo. Debu dari puing-puing bangunan seketika bertebaran.
(Baca juga: Ahok: Gua "Penjarain" yang Punya Pabrik Baut dan Bihun kalau Benar Pernah Ada di Kalijodo!)
Kalijodo pun tak lagi sama. Bangunan porak-poranda. Namun, di tengah penggusuran pagi itu, ada beberapa kepala keluarga yang masih bertahan.
Mereka bersikeras untuk tak meninggalkan rumah yang sudah dihuni puluhan tahun itu. Menghadapi warga yang masih bertahan ini, pihak kepolisian beserta Pemprov DKI Jakarta mencoba negosiasi.
Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta saat itu, Ratna Dyah Kurniati, mengatakan bahwa kesembilan fasilitas yang akan ada di Taman Kalijodo adalah gerbang masuk, amfiteater (teater mini), jalur pejalan kaki, tempat duduk, fountain children play ground (area permainan anak), area tamasya, forest sculpture, lapangan futsal, hingga area bermain skateboard.