JAKARTA, KOMPAS.com -Mantan anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi, yang kini jadi terdakwa kasus dugaan suap terkait penyusunan Raperda tentang Reklamasi dan kasus pencucian uang, menjelaskan sumber-sumber harta kekayaan pada penyampaian pledoi atau pembelaan di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Rabu (21/12/2016).
Baca: Sanusi Menangis Saat Bacakan Pleidoi
Sanusi menjelaskan, dirinya belum pernah melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sejak menjadi anggota DPRD DKI Jakarta pada 2009.
"Saya belum pernah melaporkan LHKPN, bukan saya tidak mau melaporkan, tapi sampai sekarang belum ada himbauan dari pimpinan partai, DPRD, atau arahan KPK tentang sosialiasi LHKPN," kata Sanusi.
Ia mengatakan, penghasilannya sebagian berasal dari pendapatan selama menjadi anggota DPRD pada 2009 sampai 2016, yaitu sebesar Rp 2,2 miliar. Rinciannya, tahun 2009 sebesar Rp 106,9 juta, tahun 2013 sebesar Rp 322,2 juta, tahun 2014 periode Januari-Agustus sebesar Rp 214,7 juta, tahun 2014 periode Oktober-Desember 2014 sebesar Rp 107,3 juta, pada 2015 sebesar Rp 361,7 juta, dan pada 2016 periode Januari-April sebesar 158,3 juta.
Total penghasilan dari PT Bumi Raya Property (BRP) dari 2009 sampai 2016 periode Januari-April sebesar Rp 1,8 miliar, dengan rincian pada 2009 sebesar Rp 91,7 juta, pada 2010 sebesar Rp 101,4 juta, pada 2011 sebesar Rp 166 juta. Pada 2012 pendapatan BRP sebesar Rp 142 juta, pada 2013 sebesar Rp 168,8 juta, pada 2014 sebesar Rp 501,8 juta, pada 2015 sebesar Rp 499,4 juta, dan pada 2016 periode Januari-April sebesar Rp 150 juta.
Penjualan kios di Thamrin City antara Sanusi dengan Yosef Suwarna Lim dari PT SSN sebesar Rp 9,6 miliar.
Ada pula sejumlah pihak yang telah membayar hutangnya kepada Sanusi, yaitu Epry Jhonly untuk saham Citicon Mitra Bukit Tinggi yang dibayarkan pada pertengahan 2013 sebesar Rp 1 miliar. Pembayaran hutang dari Limantoro sebesar Rp 3 miliar.
Pendapatan Sanusi juga didapatkan dari penjualan 75 persen saham PT BRP kepada PT Cakra Inti Mulia, PT SSN, dan PT SAS dengan total Rp 36 miliar.
Uang geser atau uang hangus kios yang didapatkan pada 2004 sampai 2006 sebesar Rp 4 miliar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.