JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Rumah Sakit Polri Brigjen Didi Agus M mengungkapkan kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi korban kebakaran Kapal Zahro Express. Salah satu kesulitannya yakni komunikasi dengan keluarga.
"Kalau kendala tentunya masalah komunikasi dengan keluarga. Kalau mengenai data post mortem, hari kedua jam 05.00 pagi kami sudah selesai," ujar Didi di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Kamis (5/1/2017).
Selain itu, polisi juga kesulitan mencari data-data ante mortem korban yang meninggal satu keluarga. Sebabnya, data ante mortem biasa disimpan oleh keluarga, seperti data gigi, dan lainnya.
"Tentunya memakan waktu agak lama," kata dia.
Kemudian, polisi juga kesulitan mendapatkan data ante mortem karena keluarga korban masih dalam keadaaan berduka. Karena kondisi tersebut, keluarga kesulitan mencari data ante mortem pasien.
Selain itu, polisi juga kesulitan mengidentifikasi sidik jari korban. Sebab, kondisi korban dalam keadaan terbakar.
"Tentunya sidik jari tidak bisa sama sekali. Jadi kami hanya mengandalkan gigi, DNA, dan secondary-nya adalah properti," ucap Didi.
Beberapa gigi korban kebakaran Kapal Zahro Express juga sulit diidentifikasi karena kondisi panas yang membakar kapal. Panas dari kebakaran tersebut menghancurkan gigi para korban. Oleh karena itu, baru empat dari 20 korban yang sudah berhasil diidentifikasi dites DNA.
"Yang empat tadi sulit semua. Jadi, gigi depan ini habis semuanya, pecah dan hancur, yang ada belakang. Sementara kalau kita ambil itu gigi depannya saja, foto saat ketawa," ujar dia.
Dari 23 korban yang dilarikan ke RS Polri, 20 dari mereka sudah diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga. Sementara tiga lainnya diperkirakan Senin (9/1/2017) selesai diidentifikasi.