JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, pengeroyokan Wakil Ketua Ranting PDI-P Jelambar, Widodo, menjadi contoh buruk dalam demokrasi.
Seharusnya, perbedaan pilihan cagub dan cawagub tidak berujung kepada kekerasan seperti kejadian tersebut.
"Katanya tiap kandidat, semua pendukungnya siap menghargai pendapat masing-masing. Kalau beda pilihan ya nanti dong tunjukan di 15 Februari. Tidak dengan cara pukul-pukul begini," kata Djarot.
"Ini demokrasi barbar, demokrasi anarki," ujar Djarot di RS Royal Taruma, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).
Kejadian ini bermula ketika Djarot melakukan blusukan di kawasan Jelambar pada Jumat (6/1/2017) siang.
Ketika itu, sempat ada beberapa orang yang mencoba menghalangi blusukan tersebut.
Mereka mengucapkan kata "haram-haram" kepada Djarot. Widodo saat itu sedang mengawal Djarot.
Widodo yang merupakan pengurus ranting menyebut kepada mereka yang menghadang, "enggak ada yang haram".
Kala itu pun Widodo sempat bersitegang dengan seseorang.
Malam harinya, Widodo dikeroyok oleh orang-orang tersebut, saat dia sedang berada di warung.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.