JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak kepolisian menyatakan, enam taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Cilincing yang dianiaya oleh para seniornya terjadi saat "tradisi" menurunkan keterampilan alat musik tam-tam, bagian dari drum band.
Pada saat itu, enam taruna tingkat I yang dipanggil menghadap justru malah dianiaya lima seniornya dari tingkat II.
Kepala Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Awal Chairudin mengatakan, kegiatan menurunkan keterampilan alat musik menjadi tradisi di STIP. Sayangnya, bukan kepandaian yang diturunkan, melainkan kekerasan yang didapat para korban.
"Seharusnya taruna yunior itu dipanggil, dibuat pandai dia menggunakan alat tam-tam tadi, bukan dianiaya secara bergiliran," kata Awal, di Mapolres Metro Jakarta Utara, di Jakarta Utara, Rabu (11/1/2017).
Awal meyakini, tradisi menurunkan keterampilan alat musik itu hanya ingin mempererat hubungan emosional antara sesama taruna. Tujuan itu positif selama tidak dibarengi dengan kekerasan.
"Yang kita sesalkan, kenapa ada kejadian atau perbuatan-perbuatan yang cenderung melakukan kekerasan, mengakibatkan korban meninggal dunia," ujar Awal.
Polisi sudah mengamankan lima orang yang diduga pelaku berinisial SM, WH, I, AR, dan J. Masing-masing peran para pelaku sedang didalami petugas.
"Mungkin ini yang kita dalami inisiatif siapa sampai harus memanggil, harus menganiaya, kenapa sampai harus seperti ini, dan sebagainya," ujar Awal.
Total ada lima saksi yang diperiksa petugas. Polisi mengamankan barang bukti yakni satu botol minyak tawon, minyak telon, puntung rokok, dan lainnya dari lokasi kejadian. Kasus ini sedang ditangani Polres Metro Jakarta Utara.