Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Terjadi Saling Olok-olok Usai Debat Pilkada DKI?

Kompas.com - 13/01/2017, 08:45 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Debat kandidat antar calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta akan dilangsungkan pada Jumat (13/1/2017) malam nanti.

Sampai saat ini, ketiga pasangan calon memastikan akan hadir dalam debat pertama itu. Dalam pandangan Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti, debat akan jadi kesempatan bagi pasangan calon untuk menyampaikan ide-ide dan gagasannya.

Namun, hal inilah yang kemungkinan akan dimanfaatkan tim sukses dan pendukung calon untuk mencari kekurangan dari calon pesaing dari calon yang didukungnya.

"Jadi orang tidak menunggu isi debatnya. Tapi menunggu ada calon yang salah menyampaikan kalimatnya untuk kemudian diolok olok," kata Ray saat jadi pembicara dalam sebuah diskusi yang diadakan di Kantor KPU DKI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (12/1/2017).

Menurut Ray, pandangannya itu mengacu pada apa yang dilihatnya pasca dua kali debat sebelumnya. Sebagai informasi, sebelum debat kandidat yang akan diselenggarakan KPU DKI, debat antar pasangan calon juga sempat diadakan sebanyak dua kali oleh dua stasiun TV pada Desember lalu.

"Keunikan Pilkada DKI orang tidak bicara keunggulan pasangan. Tapi lebih banyak orang menyerang pasangan lain supaya menunjukan pasangannya lebih baik," ujar Ray.

Ray menilai saling olok-olok antar pendukung merupakan sesuatu yang tak bisa dihindari. Namun, ia menyayangkan hal tersebut. Karena hal itulah yang dianggapnya membuat tidak ada informasi substansial yang mencuat, seperti pemaparan visi misi dan program kerja yang jelas dan terarah dari para cagub cawagub selama dua bulan masa kampanye. (Baca: Debat Dianggap Jadi Ajang Klarifikasi Isu Negatif Cagub-Cawagub)

Ray memandang selama dua bulan masa kampanye, informasi yang justru mencuat lebih banyak mengarah ke saling olok-olok terhadap pasangan cagub-cawagub.

"Lebih banyak ke saling olok-olok, seperti banyaknya meme-meme. Jadi yang mencuat justru bukan hal yang substansial," ujar Ray.

Menurut Ray, tidak adanya informasi substantif diperburuk dengan tidak adanya sesuatu yang baru yang dilakukan para cagub-cawagub saat debat.

"Gaya lompatnya Agus, gaya ninjau kali dan dihadangnya Ahok, ataupun gaya bersamanya Anies. Ajang kampanyenya lebih jadi kesempatan mereka bertemu warga. Kalau sesuatu yang baru tidak ada. Semuanya begitu-begitu aja," ucap Ray.

Tidak adanya informasi substansial dan gaya kampanye baru selama masa kampanye inilah yang dianggap Ray membuat masih tingginya jumlah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihannya.

Berdasarkan hasil yang dirilis Populi Center per Desember 2016, Ray menyebut ada 30 persen pemilih Pilkada DKI yang sampai saat ini belum menentukan pilihannya. (Baca: Debat Cagub-Cawagub Dinilai Akan Pengaruhi Perolehan Suara)

Berdasarkan survei Populi yang dilihatnya, Ray menyebut 30 persen pemilih Pilkada DKI yang masih menjadi undecided voters adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik.

Menurut Ray, para undecided voters belum menentukan pilihannya karena belum menemukan jawaban atas isu-isu substansial dan strategis yang bisa membuat mereka memilih seorang cagub.

"Orang-orang ini tidak bergerak karena memang tidak ada sesuatu yang menggerakan. Kenapa mereka tidak ke Ahok? Bukan karena agamanya. Tapi karena ada isu-isu strategis yang belum terjawab. Misalnya soal tata kelola yang belum baik, termasuk soal isu-isu reklamasi, relokasi dan macam-macam itu," ucap Ray.

Menurut Ray, ajang debat kandidat seharusnya jadi momentum bagi warga untuk mengetahui program kerja dan visi misi dari pasangan cagub-cawagub. Karena dari debat inilah warga akan dapat menemukan jawaban dari yang belum mereka dapatkan selama dua bulan masa kampanye.

Karena itulah, ia berharap pasca debat, timses maupun pendukung calon tidak lagi mengeksplorasi kekurangan lawan calon pesaing. Namun, lebih menjabarkan apa saja keunggulan calon yang didukungnya.

"Saya berharap sebagai pemilih mari kita mulai meramaikan medsos kita dengan tema-tema penting. Bukan fokus pada hal-hal kecil seperti olok-olok, meme-meme segala macam itu. Tapi apa dan bagaimana DKI Jakarta dibawa. Kalau nomor satu akan seperti apa, nomor dua seperti apa, dan nomor tiga seperti apa," ujar Ray.

Kompas TV KPU DKI Jakarta Siapkan 3 Tema Debat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com