JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan 3, Anies Baswedan, menceritakan pengalaman dia saat berkunjung ke lokasi penggusuran Bukit Duri untuk syukuran warga yang menang di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Menurut dia, di Bukit Duri terjadi ketidakadilan. Ia menilai ada prosedur yang dilanggar demi kepentingan tertentu dalam penggusuran Bukit Duri.
“Yang kita hilangkan bukan orang miskin, tetapi ketidakadilan,” kata Anies dalam debat cagub-cawagub di Jakarta, Jumat (13/1/2017).
(Baca juga: Sylviana Murni Buka Suara pada Segmen Tiga Debat Cagub-Cawagub)
Anies memilih konsep urban renewal. Ia tak setuju bila mengosongkan lokasi permukiman tanpa mempetimbangkan rasa keadilan.
Anies menceritakan pengalamannya saat dia bertemu korban penggusuran. “Mereka bukan orang baru, mereka orang yang di Jakarta puluhan tahun lalu. Dengan kesombongan kita geser,” kata Anies.
Ia mengatakan bahwa pemindahan dilakukan dengan memerhatikan hak dan penghidupan. Salah satu pertimbangannya adalah fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Sementara itu, calon gubernur nomor pemilihan 1, Agus Harimurti Yudhoyono, mengatakan akan membangun dan menata Jakarta tanpa penggusuran.
Menurut dia, penggusuarn hanya akan meningkatkan kemiskinan. Korban penggusuran akan kehilangan mata pencarian.
“Mereka sampai saat ini masih menangis, digusur tanpa kompensasi dan ganti rugi,” kata dia.
Agus mengatakan bahwa banyak cara menata Jakarta tanpa melukai warga. Paradigman tersebut akan dibangun oleh Agus-Sylvi.
“Gedung-gedung ini adalah benda mati, warga adalah rohnya,” kata Agus.
(Baca juga: Dalam Debat Cagub, Agus Tegaskan Tak Ada Program Bagi-bagi Uang)
Sementara itu, calon wakil gubernur nomor pemilihan 2, Djarot Saiful Hidayat, memiliki pandangan bahwa warga Jakarta tak boleh tinggal di bantaran sungai atau kolong jembatan.
Tempat tinggal tersebut dianggap tak manusiawi. Dia berkomitmen untuk memindahkan mereka ke tempat layak, seperti rusun berukuran 36 meter persegi serta subsidi kehidupan pendidikan dan transportasi.
Biaya hidup pun ditanggung seperti kebutuhan bahan pokok. “Kita tak heran IPM (indeks pembangunan manusia) Jakarta paling tinggi,” kata dia.