JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mempertanyakan program pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, untuk menciptakan 200.000 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Program itu, kata Djarot, akan membutuhkan biaya yang sangat besar.
"Kami memberdayakan warga, yang sekarang sudah eksis 132 UMKM dan menyalurkan dana Rp 1 triliun. Bagaimana menciptakan 200.000 pengusaha baru dan ini membutuhkan biaya besar," kata Djarot, dalam debat cagub-cawagub DKI Jakarta, di Auditorium Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1/2017) malam.
Menurut Djarot, berdasarkan studinya, pelaku UMKM binaan hanya 10 persen yang berhasil.
"Ini membutuhkan 2 juta (pelaku UMKM) uji coba supaya angka 20 persen bisa tercapai. Dananya dari mana? Pos mana yang dikurangi?" kata Djarot.
Sandiaga mengawali jawabannya terkait pertanyaan Djarot dengan mempertanyakan data tersebut.
"Pertanyaannya, angka 10 persen dari mana, Pak?" ujar Sandiaga.
(Baca: Saat Tiga Pasang Cagub-Cawagub Masuki "Venue" Debat Perdana)
Sebagai seorang pengusaha, Sandiaga mengaku sudah membina UMKM lebih dari 10 tahun. Jika ada pendampingan, maka 80 persen pelaku UMKM akan sukses membangun usahanya.
"Intinya pendampingan dan create. Saya melihat ada ketidakberpihakan sistem sekarang, di mana yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, usaha kecil semakin terpuruk," ucap Sandiaga.
Dia kemudian mencontohkan, pengalamannya bertemu dengan Nurhayati, seorang ibu yang menjual nasi uduk di Bukit Duri pada April 2016.
Lapak dagangan Nurhayati berada dekat dengan Pasar Sawo dan lokasi perkantoran. Saat itu, dalam satu hari, Nurhayati bisa menghabiskan 12 liter nasi untuk dijual. Nurhayati disebut direlokasi ke Rusun Rawa Bebek dan mengkhawatirkan usahanya.
"Kalau tidak ada pendampingan akan terus tergerus dan ini yang membuat saya terenyuh. Melalui program OK OCE, bisa menciptakan 200.000 ribu pelaku UMKM, saya punya pengalaman membina komunitas," ungkap Sandiaga.