JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengambil pelajaran dari debat perdana cagub-cawagub DKI. Pelajaran itu adalah tidak menyerang personal dan profesi saat debat berlangsung.
"Enggak usah nyerang profesi katanya. Itu saja," ujar Basuki atau Ahok di Cibubur, Jakarta Timur, Senin (16/1/2017).
Untuk debat selanjutnya, Ahok mengatakan ingin memaparkan transparansi data. Sebagai petahana, Ahok tidak mau ada kebijakan yang ditutupi.
Meski begitu, Ahok merasa pernyataannya dalam debat sering disalahartikan oleh pihak lain. Misalnya seperti soal jumlah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Ahok mengatakan beredar sebuah "meme" yang menyebut dia berbohong tentang 188 RPTRA di Jakarta.
Berdasarkan "meme" tersebut, tertulis Ahok baru meresmikan 71 RPTRA. Padahal, kata Ahok, jumlah RPTRA memang sudah 188, namun baru 71 yang dia resmikan.
"Padahal banyak yang belum diresmiin," ujar Ahok.
(Baca: Data Pemprov DKI, RPTRA yang Sudah Dibangun Berjumlah 186)
Untuk urusan data, Ahok mengaku tidak membutuhkan contekan kertas saat debat karena sudah hafal segala persoalan di Jakarta.
"Aku sudah hafal, kan (aku) engga terlalu pintar tapi enggak terlalu bodoh," ujar Ahok.
Sebelumnya, Ahok sempat menyindir pertanyaan cagub Anies Baswedan yang menurutnya seperti dosen.
"Kalau tidak bangun benda matinya, itu namanya teori, ngajar. Dosen di kampus (bicara) hanya mau bangun ini itu, tapi enggak ada action-nya," kata Ahok.
Dalam kesempatan berbeda, Anies mengatakan pernyataan Ahok itu membuat guru dan dosen tersinggung.
(Baca: Anies Sebut Dosen dan Guru Tersinggung karena Ucapan Ahok)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.