JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA, Ardian Sopan, mengatakan, pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, selalu menempati posisi buncit pada survei LSI Denny JA sejak November 2016.
Dalam survei terbaru yang dilakukan LSI Denny JA pada 5-11 Januari 2017, elektabilitas Anies-Sandi hanya sebesar 21,4 persen.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan elektabilitas keduanya dalam survei LSI Denny JA pada Desember 2016, yakni 23,6 persen.
Sementara dalam survei November 2016, elektabilitas Anies-Sandi sebesar 20,0 persen.
"Elektabilitas pasangan Anies-Sandi yang cenderung stagnan dan bahkan turun menguatkan kesimpulan LSI Denny JA bahwa pasangan Anies-Sandi berpeluang tersingkir di putaran pertama," ujar Ardian, saat merilis hasil survei di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (17/1/2017).
(Baca: LSI Denny JA: Agus 36,7 Persen, Ahok 32,6 Persen, Anies 21,4 Persen)
Ardian menuturkan, ada tiga alasan utama yang membuat Anies-Sandi memiliki elektabilitas terendah dibanding pasangan calon lainnya.
Pertama, yakni blunder elektoral Anies-Sandi di segmen pemilih rasional. Berdasarkan survei LSI Denny JA sejak Oktober-Desember 2016, salah satu basis segmen pemilih Anies-Sandi yakni pemilih berpendidikan tinggi dan kelas ekonomi menengah atas.
"Survei LSI Denny JA pada Januari 2017 ini menunjukkan bahwa ada penurunan suara pasangan Anies-Sandi di segmen pemilih ini," kata dia.
Ardian menuturkan, alasan turunnya pemilih Anies-Sandi di segmen warga berpendidikan tinggi dan ekonomi menengah ke atas karena Anies bertemu Imam Besar FPI Rizieq Shihab beberapa waktu lalu.
"Habib Rizieq populer di menengah bawah, tapi kurang sejalan dengan menengah atas yang umumnya muslim moderat. Basis dukungan dari segmen pendapatan atas dan pendidikan atas berkurang terhadap Anies-Sandi," ucap Ardian.
Alasan kedua yakni tidak adanya program unggulan yang dikampanyekan secara masif. Berdasarkan survei tersebut, program unggulan Anies-Sandi kurang terdengar oleh publik.
"Anies-Sandi banyak program bagus, tapi kurang terdengar karena gagal dilempar dan kurang menarik perhatian publik," tutur dia.
Hal itu berbeda dengan dua pasangan lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Agus-Sylvi sejak awal dinilai fokus menyasar pemilih kelas menengah ke bawah yang paling besar angka pemilihnya. Sementara Ahok-Djarot mudah menarik simpati para pemilihnya karena merupakan pasangan petahana.
"Anies-Sandi kalah daya tarik dengan Agus dan Ahok. Segmen yang dia bidik, tidak segmented. Beda dengan Agus yang programnya lebih disukai kelompok-kelompok menengah bawah. Kelompok menengah atas sudah dikuasai Ahok," kata Ardian.
Dalam survei terbaru LSI Denny JA, pasangan Agus-Sylvi memiliki elektabilitas 36,7 persen, elektabilitas Ahok-Djarot 32,6 persen responden, dan Anies-Sandi memiliki elektabilitas 21,4 persen.
Sementara itu, ada 9,3 persen responden belum menentukan pilihan. Survei LSI Denny JA ini dilakukan terhadap 880 responden dengan cara tatap muka menggunakan kuisioner, wawancara mendalam, dan FGD.
Metode penelitian yang digunakan yakni multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 3,4 persen. Survei ini dibiayai menggunakan anggaran internal LSI Denny JA.