"Pindah ke sini (Palmerah) sebulan langsung ambil mobil. (Tahun) 2009 (mobil itu) lunas," kata Among semringah.
Kecemasan masa tua
Melakoni pekerjaan menjadi penganyam dan pedagang janur tak semulus melaju di jalan tol. Di antara banyak rintangan dan kendala, Among mengaku kadang masih suka merindukan pekerjaan lamanya sebagai sopir. Dia punya alasan tersendiri untuk itu.
"Enaknya sih jadi orang kerja. Kesehatannya dijamin, kebutuhan saya juga dijamin," tuturnya.
Belum lagi masalah razia yang tak henti, hal itu menjadi momok menakutkan bagi kelangsungan usahanya. Among mengaku mau saja dipindah ke kios dengan bangunan kokoh. Namun, mahalnya harga sewa kios menjadi persoalan baru.
Selain itu, sebagai alasan utama, berjualan janur yang paling mudah dibeli pelanggan adalah dengan memiliki lokasi di pinggir jalan. Untungnya lebih besar, meskipun harus menyerempet-nyerempet bahaya.
"Susah nyari tempat. Sekarang ini, dagang di sana enggak boleh, di sini juga enggak boleh,” kata Among.
Karena dianggap membuat macet, para petugas satuan polisi pamong praja (satpol PP) kerap merazia lapak pedagang kaki lima di sekitar Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Petugas membawa dagangan hingga gerobak pedagang yang berjualan di trotoar yang dianggap menimbulkan kemacetan.
"Kalau bukan di pinggir jalan, susah lakunya. Di pasar misalnya. Ya, enggak bisa, harus tetap di pinggir jalan ini, mah," tutur Among.
Entah, sampai kapan urusan kendala berjualan itu menghantui Among. Di sisi lain, dia masih menyimpan satu impian, yakni menghabiskan masa tua di ke tanah kelahirannya, Serang. Di sana, Among memiliki sebidang tanah peninggalan orangtuanya.
"Orangtua saya berpesan, tanah itu tidak boleh dijual meski keadaan sesulit apa pun, semiskin apa pun. Harus dijaga dari generasi ke generasi,” ujarnya dengan raut muka sungguh-sungguh.
Among membayangkan bisa hidup lebih santai di Serang. Hidup tanpa ancaman digusur, tetapi lebih tenang dan nyaman menghabiskan masa tua sebagai peternak kecil-kecilan.
LUTHFI KURNIAWAN
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.