JAKARTA, KOMPAS.com - Butuh waktu lama untuk bisa benar-benar memadamkan api yang membakar Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (19/1/2017) kemarin. Kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 04.25 WIB kemarin dan hingga Jumat ini api belum benar-benar padam.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Subejo, mengatakan, sumber api berasal dari lantai dasar pasar.
"Apinya ini dari lantai dasar, merambat ke atas lewat eskalator, ke lantai 1 dan 2," ujar Subejo di lokasi kejadian, Kamis.
Api di lantai 1 dan 2 langsung merambat cepat ke seluruh ruangan. Subejo mengatakan, hal itu membuat kondisi di dua lantai itu lebih parah dari lantai dasar meskipun sumber api dari lantai dasar.
Dugaan sementara, kebakaran terjadi karena ada korsleting.
Ada sekitar 1.691 kios yang hangus akibat kebakaran itu.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Lingkungan Hidup sudah mengerahkan 70 unit mobil damkar dari seluruh wilayah Jakarta. Selain itu, tidak kurang dari 638 personel yang terdiri dari pemadam kebakaran, PMI, Satpol PP, Dishub, Dinsos, Garnisun, dan AGD yang dikerahkan untuk memadamkan api.
Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengatakan, kebakaran terjadi ketika para pedagang belum berada di kios mereka sehingga tidak ada yang sempat melakukan penanganan pertama.
"Pencegahan tidak bisa dilakukan karena kejadiannya ini pukul 04.25 WIB di mana kios mereka masih kosong. Sehingga pencegahan pertama tidak bisa dilakukan," ujar Mangara.
Tidak ada korban jiwa dalam kebarakan itu tetapi 6 orang luka ringan dan 1 orang pingsan.
Hingga hari Jumat ini, petugas masih berusaha memadamkan api.
Berbagai kendala
Subejo mengatakan, kendala yang membuat proses pemadaman memakan waktu lama adalah material tekstil yang ada di dalam pasar. Material seperti kain, pakaian jadi, plastik, merupakan material yang mudah terbakar. Meski apinya kecil, asap yang dihasilkan dari material seperti itu terlihat pekat.
Subejo mengatakan, asap tersebut cukup mengganggu pemadam kebakaran yang bertugas. Angin yang kencang juga memperparah situasi.
"Tetapi secara umum, api sudah bisa dikendalikan," ujar Subejo.
Ia mengatakan, kondisi pemadaman bisa dilihat dari warna asap. Jika asap yang keluar berwarna hitam, artinya masih ada material yang terbakar. Jika asap yang keluar berwarna putih, artinya kebakaran sudah padam.
Kendala lainnya adalah jarak sumber air ke lokasi kebakaran yang sekitar 1 km. Subejo mengatakan, suplai air awalnya terhambat. Semakin sore, suplai air mulai terjaga. Suplai air yang terjaga membantu percepatan proses pemadaman.
Seorang pemadam kebakaran, Nahrawi, mengatakan kendala lain yang mereka alami adalah banyaknya rolling door kios yang digembok.
Pedagang juga banyak yang lalu-lalang untuk menyelamatkan dagangan sehingga mengganggu kerja petugas.
"Tapi wajar, namanya orang panik," ujar Nahrawi.
Sudah enam kali
Setidaknya tercatat enam peristiwa kebakaran besar pernah melanda Pasar Senen. Tahun 1974 pasar itu pernah terbakar. Saat itu kawasan Pasar Senen menjadi salah satu pusat peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari). Pasar Senen pun ikut terbakar.
Pada 23 November 1996, Pasar Senen kembali terbakar. Sebanyak 750 kios di Blok IV dan V ludes.
Selang tujuh tahun, tepatnya Januari 2003, Pasar Senen kembali mengalami kebakaran. Kali ini di Blok IV dan Blok IV B yang terbakar. Kebakaran itu menghanguskan 300 kios.
Tahun 2010 si jago merah melalap lagi kios-kios di Blok VI, yang didominasi pedagang tas, pakaian, dan buku. Sekitar 300 kios dan tenda pedagang kaki lima hangus saat itu.
Kebakaran di Pasar Senen kemudian kembali terjadi pada 25 April 2014 dan menghanguskan sekitar 2.000 kios.
Kamis kemarin, kebakaran terjadi lagi. Sekitar 1.691 kios hangus.