Dari keempat wihara tersebut, yang paling terlihat tua adalah Vihara Kim Tek Le atau dewa penolong. Posisi bangunan yang juga dikenal dengan nama Jin De Yuan ini ada di paling kanan dari pintu masuk utama.
"Wihara itu paling tua di Jakarta, umurnya kira-kira 300 tahun," ujar Edi yang sehari-hari bekerja membersihkan wihara di kawasan tersebut.
Di sebelah kiri Vihara Kim Tek Le, ada Vihara Tee Tju Kong atau dewa kekayaan. Tempat sembahayang umat Buddha untuk memohon kemakmuran ini berdempetan dengan Vihara Tee Tjong Ong Poo atau dewa neraka.
Wihara itu, biasa disinggahi untuk mendoakan anggota keluarga yang sudah meninggal.
"Kalau kedua wihara itu berdirinya 100 tahun sesudah Vihara Kim Tek Le," ujar Edi.
Sementara itu, di sebelah Vihara Tee Tjong Ong Poo, berdiri Vihara Hui Tek Bio. Menurut petugas setempat, wihara ini sering didatangi warga keturunan Thionghoa bermarga Yapin.
Namun sayang, keindahan dan kekhusyukan tempat ibadah itu terganggu oleh kehadiran para pengemis. Mereka ada di halaman keempat wihara, berharap belas kasihan pengunjung untuk mendapatkan uang.
Bersolek
Berdasarkan pengamatan Kompas.com, keempat wihara itu sedang bersolek untuk menyambut Imlek atau peringatan Tahun Baru berdasarkan penanggalan China. Setidaknya hal itu, terlihat dari kesibukan para pekerja wihara.
Sebagian ada yang sibuk dengan kuas cat untuk mewarnai ulang tembok bangunan dengan warna merah. Sebagian lagi, terlihat mengecat tembok pagar dengan warna hitam.
Di dalam wihara terlihat petugas yang tak henti-henti menyapu lantai agar bersih. Ada pula yang membersihkan dinding, lalu ornamen lainnya dengan kain basah.
"Sudah seminggu ini kami bersih-bersih dan mengecat untuk persiapan Imlek, " ujar Sularno, salah satu pekerja di Vihara Kim Tek Le, kepada Kompas.com.
Menurut pria berusia 50 tahun itu, ada sekitar 20 orang yang terlibat untuk mempercantik wihara tersebut.
Tak cuma dari segi bangunan, berbagai aksesoris khas Imlek pun sudah mulai terpasang di dalam wihara.
Lampion atau lampu khas yang berwarna merah dan bertuliskan huruf China misalnya, terlihat sudah mulai menggantung indah di langit-langit wihara.
Yeni, salah satu pengunjung yang ditemui Kompas.com mengaku, tidak ada yang berubah dari aktivitas sembahyang di wihara.
"Biasa-biasa saja tetap berdoa," ucap Ibu berusia 53 tahun itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.