TANGERANG, KOMPAS.com - Rahmat Arifin (24) dan Imam Hapriadi (24), terdakwa kasus dugaan pembunuhan sekaligus pemerkosaan terhadap karyawati EF (19), dituntut hukuman mati oleh jaksa penuntut umum Pengadilan Negeri Tangerang.
Sidang pembacaan tuntutan berlangsung pada Rabu (25/1/2017) siang. "Kami tuntut hukuman maksimal hukuman mati, sesuai dengan fakta persidangan dan karena kasus ini termasuk sadis," kata salah satu penuntut umum, Agus Kurniawan, kepada Kompas.com usai sidang.
Menurut Agus, tidak ada hal yang meringankan perbuatan Arifin dan Imam.
Selain itu, yang memberatkan hukuman mereka berdua di antaranya karena tidak mengakui perbuatannya, tidak menyesal, dan memberi keterangan secara berbelit-belit.
(Baca juga: Pengacara Pembunuh Karyawati EF: Klien Saya Trauma Berat )
Adapun Arifin dijerat dengan Pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tentang Pembunuhan Berencana dan Pasal 285 KUHP tentang Perkosaan.
Sementara itu, Imam dijerat dengan Pasal 340 KUHP. Secara terpisah, kuasa hukum Arifin dan Imam, Tintus Arianto, mengungkapkan bahwa kliennya akan mengajukan nota pembelaan atau pleidoi pada sidang hari Rabu (1/2/2017) mendatang.
Salah satu nota pembelaan yang akan diajukan adalah mempertimbangkan usia keduanya yang masih muda.
"Kami berharap majelis bisa mempertimbangkan faktor itu karena umur masih muda, kehidupan mereka masih panjang. Bisa saja mereka melakukan itu karena khilaf," ujar Tintus.
Pembunuhan terhadap EF bermula saat RA (16) yang merupakan pacar EF berkunjung ke tempat tinggal EF di mes karyawan PT Polyta Global Mandiri, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Mei 2016.
Saat itu, RA datang ke sana menjelang tengah malam. Di dalam kamar, keduanya diceritakan sempat bercumbu.
Namun, mereka kemudian berselisih karena EF menolak ajakan RA untuk berhubungan badan. Setelah mendapat penolakan, RA keluar dari mes dan menemui Arifin serta Imam.
Mereka sepakat untuk masuk ke kamar EF lalu menyiksa perempuan itu. Ketiganya pun masuk dan langsung membekap, menyiksa, juga memerkosa EF.
Hingga pada akhirnya EF dibunuh dengan pacul yang diambil tidak jauh dari area mes.
(Baca juga: Hakim: RA Punya Waktu Mengurungkan Niat Membunuh EF Sebelum Mengambil Pacul)
RA telah divonis terlebih dahulu dengan hukuman 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Tangerang pada Juni 2016.
Perbuatan RA dianggap terbukti memenuhi unsur pembunuhan berencana dan dikenakan hukuman maksimal untuk anak di bawah umur, yakni setengah dari ancaman hukuman maksimal orang dewasa.