"Otomatis 3-4 hari ini, saya dan anak (yang membantu) belanja ke Muara Angke untuk mencari ikan bandeng jumbo 1-2 kuintal," kata Rojali.
Operasional pasar bandeng dadakan di Rawa Belong mulai dari pukul 05.00 subuh sampai pukul 22.00 malam. Rojali mengatakan, malam adalah waktu-waktu paling ramai lapaknya dikunjungi pembeli.
"Kalau pasar biasa ramainya pagi, kami di sini (ramainya) malam. Makanya kan disebutnya 'Pasar Malam Ikan Bandeng Rawa Belong'," tuturnya.
Dari antaran sampai ikut-ikutan
Bandeng jumbo yang dijual jelang Imlek memang berawal dari tradisi China. Kata Rojali, perayaan Imlek tak lengkap tanpa bandeng.
"Tiap perayaan Imlek, saya menyajikan pindang bandeng jumbo di rumah. Nanti (saat perayaan), keponakan dan kerabat datang. Saat itulah saya sajikan bandeng dan kue keranjang," ujar Melly Kaharudin, seorang keturunan China yang ditemui di sana.
(Baca juga: Bandeng Jumbo di Rawa Belong Bisa Mencapai Rp 500.000 Per Ekor)
Namun, yang unik, pembelinya bervariasi, tak hanya keturunan China, tetapi juga Betawi. Rojali menyampaikan bahwa Betawi juga punya tradisi sendiri soal bandeng jumbo musiman ini.
"Ada tradisi antaran (bandeng jumbo) oleh menantu untuk mertua. Makin besar (yang diantar), harapannya makin banyak rezeki," ujarnya.
Dalam tradisi Betawi, ikan bandeng yang menjadi antaran bukanlah ikan yang sudah dimasak, melainkan satu ekor utuh yang masih segar. Selain dikirimkan ke mertua, ikan bandeng juga dikirim ke kerabat lain atau teman.
Saat di Rawa Belong, Kompas.com sempat menemui Laila (66). Ia sengaja datang ke pasar dadakan itu bukan untuk membeli, melainkan minta tolong pedagang untuk membersihkan dan memotong ikan yang ia dapat dari antaran.
"Ini antaran dari kawan. Nanti deh sampai Imlek pasti dapat banyak antaran. Bisa berhari-hari makan bandeng," ujar Laila.
Untuk jasa tersebut, Laila memberikan uang Rp 5.000 kepada pedagang yang ia mintai tolong. Rencananya, kata dia, ikan bandeng mau dimasak pindang lengkap dengan petai.
"Kalau Betawi itu biasanya dipindang pakai petai biar sedap. Kalau enggak ya dimasak kecap atau pucung," ujar dia.
(Baca juga: Tradisi Makan Bandeng Pindang di Perayaan Imlek)
Selain Melly dan Laila, Kompas.com juga sempat menemui salah satu pembeli yang membeli bandeng tanpa terikat tradisi, yaitu Rohmah. Meskipun bukan keturunan China atau Betawi, ia datang membeli bandeng.
"Sengaja datang ke sini, ikut-ikutan orang Betawi. Katanya daging bandengnya berbeda dari biasa. Lebih tebal, lembut, dan gurih," ujarnya sembari tawar-menawar dengan pembeli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.