JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menilai semua pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta kurang mempelajari visi-misi pasangan penantangnya dalam debat pertama Pilkada 2017 pada 13 Januari lalu. Padahal, itu diperlukan untuk mengkritik satu sama lain.
"Yang mungkin kurang kemarin adalah membaca isi visi-misi dari paslon-paslon lain. Kalau itu dibaca, dipelajari, enak sekali karena nanti akan berhadapan dengan gagasan yang dia sampaikan," ujar Yayat dalam diskusi yang digelar Populi Center di Kantor KPU DKI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2017).
Yayat yang juga panelis pada debat pertama itu berharap, para pasangan calon (paslon) bisa lebih membedah visi dan misi para pasangan penantangnya. Dengan demikian, mereka bisa menunjukkan keunggulan program yang ditawarkan untuk warga Jakarta.
"Tinggal lihat apa yang dia (penantang) gagas, jangan sama, harus lebih. Jadi, segala keberhasilan dan kekurangan itu menjadi celah," kata Yayat.
Dia mengatakan, semua pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta sebetulnya telah memiliki modal dengan turun langsung ke lapangan. Mereka melihat permasalahan apa yang terjadi di berbagai wilayah di Jakarta.
Solusi atas permasalahan itulah yang seharusnya jadi kritik bagi program pasangan penantang.
"Ketika berkunjung ke suatu lokasi, lokasi itu punya masalah apa, dengan visi, misi, programnya begini, mereka buat program ini misalnya," ucap Yayat.
Namun, Yayat mengingatkan bahwa janji-janji program yang disampaikan itu harus realistis. Sebab, janji program tersebut akan menjadi kerangka program kerja selama lima tahun saat pasangan calon yang bersangkutan terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
KPU DKI akan menyelenggarakan tiga kali debat bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI. Debat kedua akan berlangsung pada Jumat besok di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.