JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan Raya Condet merupakan jalanan alternatif sepanjang 5 kilometer di Jakarta Timur, yang menghubungkan antara Jalan Dewi Sartika dan Jalan Raya Bogor. Ukurannya hanya selebar dua mobil, selalu ramai di jam sibuk.
Pada ujung utara jalan ini, yang persisi berada di seberang Pusat Grosir Cililitan (PGC), juga dilalui oleh anak Sungai Ciliwung.
Melintasi Jalan Raya Condet, aroma semerbak mulai tercium kuat menyamarkan bau asap kendaraan yang ramai melintasi jalan itu. Aroma wangi ini berasal dari belasan toko parfum yang berjejer sepanjang satu kilometer.
Toko-toko parfum ini kemudian semakin mempopulerkan Conder selain salaknya yang khas.
Idris, salah seorang pedang parfum yang sudah berjualan parfum sejak tahun 1992, mengaku bahwa menjamurnya toko parfum di Condet dimulai sejak awal tahun 2000-an.
“Dulu saya yang termasuk awal-awal jualan di sini. Di tahun 1992, itu baru 2-3 toko saja yang jualan minyak wangi (parfum),” jelas pria asal Jawa Timur ini kepada Kompas.com, Senin (30/1/2017).
Semua toko minyak wangi yang berada di jalan Condet ini menjual minyak wangi refill atau bibit minyak wangi dengan aroma yang serupa dari berbagai macam merek parfum terkenal.
Kelebihan dari toko-toko parfum yang berada di sepanjang jalan ini adalah para pelanggan bebas memilih 300 varian aroma parfum sesuai dengan jumlah yang mereka inginkan. Botol-botolnya pun tersedia dari ukuran 20 sampai 100 ml.
“Parfum di sini bagus mas, sampai seminggu (wanginya) enggak hilang-hilang. Kalau yang lain paling sehari. Saya kalau tokonya tutup sampai enggak jadi beli parfum,” ungkap Ratna, salah satu pelanggan setia Idris yang sedang membeli parfum dengan aroma Aqua di Gio keluaran Giorgio Armani.
Tidak hanya itu, kelebihan lainnya dari toko parfum di sini adalah pelanggan juga bebas menentukan campuran bibit parfum serta tingkat kepekatan yang mereka inginkan.
Bahkan, para pedagang di daerah ini juga bisa membuatkan campuran dengan contoh minyak wangi yang dibawa oleh pelanggan sendiri.
Harganya pun bermacam-macam. Ada yang Rp 1000 per ml, bahkan ada yang sampai Rp 50.000 per ml.
“Yang Rp 50.000 itu asli impor dari Arab, biasanya dipakai untuk mandiin barang-barang pusaka,” jelas Biski, pemuda asal Pasuruan yang menjadi pegawai di salah satu toko parfum di sini.
Nuansa Timur Tengah di Kampung Betawi
Meracik wewangian memang sebuah tradisi bagi orang Arab. Karena itu, tidak heran jejeran toko parfum di kawasan ini didominasi oleh orang-orang keturunan Arab. Akibat banyaknya orang Arab yang menetap di Condet sejak tahun 1980-an, nuansa Arab dan Timur Tengah lebih kental di Condet.
Mulai dari jejeran toko parfum dengan khas Arab, obat-obatan khas timur tengah, busana muslim, sampai shisha yang juga dikenal dengan “rokok” Arab.
Sebelum dikenal dengan nama “Kampung Wangi”, Condet adalah kampung Betawi yang terkenal dengan kebun salaknya.
Di ujung selatan Jalan Raya Condet juga terdapat kerangka bangunan bersejarah peninggalan Belanda, namun bentuknya sudah tidak kelihatan lagi karena sudah habis terlalap api pada tahun 1985.
Bahkan, Condet sempat dijadikan pusat cagar budaya Betawi oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1974. Namun, pada tahun 2014, Cagar Budaya Condet dicabut dan dipindahkan ke Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.