Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ratnasari, Anak Pemulung yang Sekolah sampai Perguruan Tinggi...

Kompas.com - 01/02/2017, 14:41 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

“Alasannya bukan cuma satu, melainkan seribu. Mereka menyatakan tidak bisa mendukung kegiatan anak belajar karena mereka butuh uang. Kalaupun ingin, mereka juga tidak bisa mengajarkan di rumah,” tuturnya.

Sering kali Ratna mendapatkan kalimat “Ibunya saja tidak sekolah, bagaimana bisa mengajarkan anaknya. Sudahlah Rat, mereka cari uang saja,” tiru Ratna.

Pelan-pelan, Ratna memotivasi mereka. ia menjadikan dirinya sendiri model contoh. Harapannya, keluarga pemulung itu bisa terinspirasi.

“Jangan sampai kelas 5 SD bukannya di sekolahkan malah disuruh nikah dan berumah tangga. Mereka masih punya cita-cita. Saya mau menularkan semangat belajar pada mereka,” kata Ratna.

Kilas balik

Ratna adalah anak ketiga dari Pasangan Alm. Sukar dan Titin. Semasa hidup, ayahnya adalah seorang pemulung dan ibunya adalah tukang urut. Keluarga Ratna hidup serba kekurangan.

Sebelum tinggal di Jakarta, mereka menetap di Karawang, tempat ayahnya memulai pekerjaan sebagai pengumpul barang bekas dan sampah plastik kemasan.

Waktu masih di Karawang, rumah tempat keluarganya tinggal adalah satu-satunya yang belum dipasangi listrik. “Bukan karena berada di pedalaman, tetapi memang tidak ada biaya,” ujarnya.

Dari situ Ratna, beserta kakak dan adiknya hidup prihatin. Masa-masa sekolah dasar (SD) dihadapinya dengan penuh keterbatasan.

Hingga sampailah saat ayahnya memutuskan untuk tinggal di lapak pemulung Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Hidup tak banyak berubah, kata Ratna. Namun, pendapatan yang dihasilkan ayahnya bisa dipakai untuk menyekolahkan kakak dan adiknya, kecuali dia. Setelah pindah ke Jakarta, Ratna diasuh dan tinggal bersama orang lain.

“Orangtua tidak mau saya tinggal di lapak pemulung, khawatir dengan pergaulannya,” ujarnya.

Jadilah Ratna memiliki orangtua angkat dan tinggal d Pondok Labu, Jakarta Selatan. Ia disekolahkan dengan model homeschooling dan mendapat penghidupan layak.  

Berkenalan dengan MAI

Memiliki orangtua angkat, tak membuat Ratna lupa akan keluarganya. Hampir tiap minggu, ia mendatangi lapak pemulung di mana keluarganya tinggal. Kebetulan, ia memilih tempat mengaji dekat dengan lokasi itu, yayasan MAI.

“Di sana saya mengaji dan ikut mengajar anak-anak yang tidak mampu bersekolah di tempat formal,” ujarnya.

Begitu lah masa remajanya yang dihabiskan dengan belajar dan mengajar. Hingga ia mendapat kabar bahwa ayahnya sakit parah.

Ratna yang baru saja menyelesaikan SMA itu minta izin pada orangtua angkat untuk tinggal kembali bersama orangtua kandungnya. Ia ingin merawat sang ayah.

Selama ayahnya sakit, keluarga Ratna tak lagi tinggal di lapak pemulung. Mereka menyewa kontrakan kecil dekat sana.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com