Baru punya niat kerja, anak dari orangtua angkat Ratna datang menawarkan diri untuk membiayai dia kuliah.
“Galau, harus cari uang atau kuliah dulu. Keluarga menyarankan kuliah, tetapi lihat ayah sakit, saya mau kerja,” ujarnya.
Jadilah Ratna mencoba mencari penghasilan. Ia bekerja menjadi admin perkantoran. Namun, pekerjaan yang monoton membuatnya cepat bosan.
Baru dua bulan, Ratna berubah haluan. Ia ingin kuliah. Pikirnya, dengan pendidikan yang lebih tinggi, penghasilannya bisa lebih tinggi lagi nanti.
Kemudian, ia ambil tawaran kuliah. Ratna mengambil gelar diploma di sebuah kampus swasta di Jakarta.
Hingga wisuda tiba, ayahnya kembali jatuh sakit. Tak lama setelah itu, ayahnya dipanggil Yang Maha Kuasa.
Saat itu, tekadnya bekerja makin kuat mengingat adik bungsunya masih sekolah dan membutuhkan banyak biaya.
Sayangnya, pengabdian menjadi pengajar muda MAI harus ditinggalkan kalau ia benar memilih bekerja di tempat lain.
“Kakak pertama bekerja dan menetap di Kalimantan, yang kedua mulung juga. Saya pikir, cuma (saya) harapan keluarga,” tambah Ratna.
Karena itu, Ratna mengajak kepala pimpinan MAI berbicara. Ia memohon izin untuk mencari pekerjaan.
“Abu (sebutan Aslih Ridwan—kepala MAI) bilang, saya jadi pegawai di yayasan saja dan tinggal di sana untuk tetap mengajar,” katanya.
Beberapa pertimbangan ia pikirkan. Dalam lubuk hatinya, ia memilih menjadi pengajar. Apalagi, datang tawaran untuk melanjutkan kuliah sarjana. Yayasan ingin membiayai penuh.
Tawaran itu kemudian ia ambil. Sebelum mengambil kelas kuliah, yayasan bahkan membiayainya kursus Bahasa Inggris di Kediri selama enam bulan untuk mengasah kemampuan Ratna.
“Jadi sekarang di sini (yayasan), saya mengajar umum, baca Al Quran, dan Bahasa Inggris. Untuk tambahan, saya juga buat kelas les. Semuanya dilakukan pada hari biasa. Akhir pekan saya pakai untuk kuliah,” tuturnya.
Mengabdi, begitu Ratna menyebut apa yang tengah ia lakukan sekarang. Sambil terus berproses menggapai cita-cita, ia ingin bermanfaat bagi banyak orang.
Dari hasil jerih payahnya, saat ini Ratna sudah bisa membiayai adiknya sekolah, mencari nafkah untuk keluarga, membeli rumah, dan motor.
“Saya tanamkan kuat kuat. Sejak kecil, saya hidup dari orang lain. Kini saya juga mau menghidupkan orang lain. Dengan begitu saya bisa menjadi manfaat bagi banyak orang,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.