Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Sandera dalam Pilkada DKI Jakarta

Kompas.com - 06/02/2017, 11:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Karena itu, Jokowi pun melakukan lobi-lobi. Beberapa partai akhirnya melunak. Kursi menteri akhirnya ada yang diserahkan pada partai seberang. Parlemen pun akhirnya lebih "bersahabat".

Harus kompromi

Kekuasaan itu memabukkan, karena itu jika terlalu banyak memegang kekuasaan maka ia akan membuat pemegangnya mabuk.

Politik itu juga berbagi kue, berbagi kekuasaan, supaya tidak ada yang terlewat sakit hati berkepanjangan hingga terbawa perasaan. Karena tidak ada lawan yang abadi.

Merangkul pihak yang berseberangan adalah sikap negarawan sejati karena ia sadar kepentingan negara lebih besar daripada kepentingan golongan, apalagi kepentingan sesaat.

Karena sejatinya, kita semua ini memiliki tujuan yang sama, untuk kebaikan negeri ini, untuk kebaikan kita bersama.

Jalin komunikasi

Founding father Amerika Serikat, James Madison pernah berkata, "if men were angels, no government would be necessary".

Kutipan itu relevan untuk mencermati kenapa manusia itu saling membutuhkan, tanpa melihat kebaikannya saja, tapi juga melihat keburukan yang pernah dia lakukan.

Keburukan untuk perhelatan politik, terlebih pilkada, seperti koreng yang gatal ingin digaruk. Padahal, di tubuh kita masih banyak yang lebih nikmat untuk diusap, bukan sekedar digaruk.

Terlepas dari persoalan hukum yang terjadi pada Ahok, dan kini juga Sylvi yang namanya terseret-seret, politik sandera itu tidak sehat. Memang, dalam memilih pemimpin itu sejatinya masyarakat harus tahu kualitas dan keberpihakan orang tersebut pada rakyat dan antikorupsi.

Publik juga tahu, hukum sering dijadikan pedang untuk menebas lawan politik, tak peduli siapa dia karena hukum sejatinya itu buta.

Kadang persoalan yang terjadi itu karena komunikasi yang tidak terjalin di antara pihak-pihak yang "bertikai". Karena itu, dibutuhkan kearifan dua pihak, atau beberapa pihak untuk meredam konflik dengan saling bertemu dan berkomunikasi.

Bukankah silaturahmi itu juga penting, selain supaya tidak ada salah paham juga merupakan perintah oleh agama.

Memulai silaturahmi untuk saling berkomunikasi memang tidak mudah, setidaknya berpikirlah untuk kepentingan yang lebih besar. Niscaya akan tercipta ketenangan dan kedamaian, percayalah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Megapolitan
Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com