Ahmad dan istrinya sama-sama bekerja. Mereka memiliki seorang putra usia kurang dari satu tahun dan berniat menambah anak lagi.
Setiap sore, dia mengajarkan anak-anak di sekitar rumahnya mengaji Al-Quran tanpa memungut bayaran. Dan ia pun dipanggil "Pak Ustad".
Mereka juga bermain hadroh, kesenian musik Islami yang diiringi alat musik tabuh drum, gendang, dan rebana.
Meski banyak dana yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun infrastruktur Bekasi, seperti jalan tol hingga Light Rail Transit, Ahmad tetap gigih mengritik pemerintahan sekarang.
"Sekarang banyak masalah yang jauh lebih rumit dibanding sebelumnya. Misalnya sekarang lebih banyak kerja kontrak (outsourcing), dan banyak kartu dari pemerintah buat kesehatan dan pendidikan, tapi rumit sekali mendapatkannya. Islam juga sudah mengalami kemunduran sekarang."
Banyak yang bertanya-tanya apa sebetulnya yang memotivasi mereka melawan Ahok. Situasinya pun sering mempertentangkan langsung antara fundamentalisme dengan sekularisme, prasangka dan prularisme, "hitam" dan "putih" atau "jahat" dan "baik".
Berbincang-bincang dengan Ahmad yang gaya bahasanya samar-samar akan terasa seperti ada sesuatu yang lebih dari sekadar bertemu empat mata.
Mulanya, banyaknya kelompok muslim konservatif yang mendapatkan keistimewaan dalam hal akses dan pengaruh selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, namun saat ini merasa tersisihkan oleh etos sentris yang berkembang.
Sebelum berpisah, saya pun bertanya kepada Ahmad ihwal pasangan mana yang akan dia pilih.
Dia pun hanya tersenyum kecil dan mengatakan bahwa dia harus "Salat Istikharah" untuk meminta petunjuk dari Allah SWT.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.