Pengunjung juga akan melihat batu nisan berbentuk seperti tugu monumen. Dibuat oleh arsitek dari New York bernama R. E. Launitz, batu nisan ini merupakan milik Direktur Jenderal Finansial Hindia Belanda bernama L. Launy.
Selain itu, juga terdapat batu nisan berbentuk seperti tembok besar dengan kepala tengkorak tertancap di atasnya. Batu nisan ini merupakan replika dari tembok peringatan yang dulu ada di daerah Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat.
Tembok tersebut dibangun untuk memperingati mendiang R. Bervelt. Dia adalah orang Belanda keturunan Jerman Siam yang menjadi pemberontak pemerintah dan ingin melakukan pembunuhan massal saat malam tahun baru.
"Namun, rencananya telanjur ketahuan oleh pemerintah Belanda. Akhirnya dia dihukum dengan ditarik tubuhnya oleh empat ekor kuda," ujar Eko.
Kemudian, lanjut Eko, dibangun tembok di tempat Brevelt tewas untuk memberi peringatan kepada pemberontak lain bahwa mereka akan mendapat hukuman yang sama jika melakukan pemberontakan. Pemerintah Belanda juga melarang masyarakat untuk membangun apapun di sekitar tanah tempat tembok tersebut berdiri.
Selain itu, pengunjung juga akan melihat patung laki-laki berwarna cokelat. Konon, menurut Eko, itu adalah patung seorang pastur yang mendirikan yayasan Vincentius di Jakarta.
Masih terdapat beberapa tokoh penting lain yang terdapat batu nisannya di sana. Salah satunya adalah Dr. H. F. Roll yang merupakan kepala sekolah Dokter Jawa—kemudian berganti nama jadi STOVIA lalu berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
"Dia ketika menjadi kepala sekolah memiliki ide untuk meningkatkan pendidikan agar lulusan sekolah Dokter Jawa bisa langsung menjadi dokter," ucap Eko.
Lalu, terdapat batu nisan milik Gubernur VOC terakhir, Gerardus van Overstraten. Arsitek gereja Katedral Jakarta Pusat, Marius Hulswit juga ada batu nisannya di Museum Taman Prasasti.
Panglima Perang Belanda, J. H. R. Kohler juga ada batu nisannya di museum tersebut. Dia tewas di Masjid Baiturrahman Aceh saat hendak menyerang Aceh. Jenazahnya pun sekarang dimakamkan di Aceh.
Setelah puas berkeliling melihat batu-batu nisan, pengunjung akan kembali ke arah pintu masuk awal. Sebelum keluar, pengunjung akan melihat tulisan Belanda yang memiliki arti "Seperti Anda sekarang, demikianlah aku sebelumnya. Seperti aku sekarang, demikianlah juga Anda kelak".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.