Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kompas" Minggu (26/2/2017): Kehidupan di Dalam Peti Kemas

Kompas.com - 25/02/2017, 14:16 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS - Di kawasan Jakarta dan sekitarnya, semakin banyak kita temui kreasi arsitektur dari peti kemas atau kontainer. Tangan-tangan terampil telah mengubah kotak-kotak besi itu menjadi penginapan, kafe, kantor, bahkan sekolah.

Di kawasan Jakarta Selatan, misalnya, sebuah kompleks pujasera atau foodcourt bernama Southbox memanfaatkan peti kemas yang didesain menjadi kedai-kedai menarik. Ada meja kursi nyaman tempat pengunjung duduk-duduk sembari menyantap makanan dan minuman yang ditawarkan.

“Suasananya unik, terutama untuk pengunjung berusia muda,” kata Andhika Tirta, Kepala Operasional Southbox.

KOMPAS/RIZA FATHONI Interior di restoran dari kontainer Container Grill, Serpong, Tangerang, Banten, 21-02-2017.
Sementara di Taman Buah Mekarsari, Cileungsi, kotak-kotak peti kemas itu diubah sedemikian rupa menjadi tempat penginapan keluarga bernama D’Cabin. Di bawah pepohonan dengan pemandangan danau, penginapan dari peti kemas itu memberikan pengalaman menginap luar ruangan yang menyenangkan.

“Peminatnya banyak. Biasanya satu keluarga menyewa dua atau tiga kontainer sekaligus untuk acara bersama,” kata Firman Setiawan, Marketing Communications Taman Buah Mekarsari.

KOMPAS/RIZA FATHONI Bangunan bertingkat Sekolah Master di kawasan Depok, Jawa Barat dibangun dari kontainer bekas. Foto diambil 24/1/2017.
Arsitek Budi Pradono menuturkan, sebenarnya tren penggunaan peti kemas untuk bangunan telah lama muncul. Semula peti kemas itu digunakan untuk tempat kerja sementara di proyek-proyek atau kerja-kerja lapangan.

“Orang memanfaatkannya karena murah dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan,” katanya.

Sedang tren

Di luar negeri, tren pemanfaatan peti kemas atau rumah kontainer untuk bangunan di luar kantor sementara proyek sudah lama muncul. Sudah banyak pula warga yang memanfaatkannya sebagai rumah tinggal.

Sementara di Indonesa, tren penggunaan peti kemas untuk tempat usaha, kafe, atau sekolah baru muncul beberapa tahun belakangan ini.

KOMPAS/RIZA FATHONI Kontainer De Cabin di Taman Buah Mekarsari, Jonggol, Kabupaten Bogor. Foto diambil 21/2/2017.
Harga bahan yang murah dan keleluasaan untuk membentuk peti kemas menjadi salah satu alasan utama bagi para pemilik usaha.

Banyak pula desain menarik dari luar negeri yang bisa dengan mudah diaplikasikan dalam peti kemas tersebut. Pembangunannya pun tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 1-2 pekan.

Dengan segala plus dan minusnya, bangunan dari peti kemas ini bisa menjadi salah satu jawaban penyediaan ruang tinggal atau usaha yang menjanjikan. Di iklim tropis yang cenderung panas dan, memanfaatkan peti kemas bekas memang perlu usaha ekstra.

Berbagai upaya ekstra untuk menjadikan kontainer sebagai ruang yang nyaman dihuni dan pengalaman beraktivitas di dalamnya dapat diikuti dalam Rubrik Gaya Hidup harian Kompas pada Minggu, 26 Februari 2017.

Akses versi digital dapat diperoleh dengan berlangganan di Kompas.ID.

Simak pula ulasan fashion tentang pernyataan politik lewat pakaian di karpet merah, rumah unik oase seniman Ade Darmawan, dan asyiknya menyeruput cafe late di tengah pasar di Temanggung.

Ada pula perjalanan menikmati keindahan Hawaii dari langit, juga ulasan film terbaru adaptasi novel laris Jakarta Undercover dan film hasil duet produser Indonesia dan Malaysia dengan bintang Nicholas Saputra, Interchange

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com