Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Belajar Anak Jalanan di Rumah Baca Panter Depok

Kompas.com - 27/02/2017, 22:07 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Di tengah keramaian mobil angkutan umum yang parkir di Terminal Depok, Jawa Barat, terlihat beberapa gubuk kecil dari bambu. Tampak di salah satu gubuk dua orang laki-laki dan satu orang perempuan duduk di atas dipan.

Di sebelah kanan dipan tersebut terlihat sebuah rak tiga tingkat yang berisi puluhan jilid buku. Gubuk itu ternyata pernah digunakan sebagai rumah baca.

Rumah baca yang diberi nama Panter tersebut didirikan pada 2004 oleh komunitas Paguyuban Terminal alias Panter. Anggota komunitas ini terdiri dari kumpulan sopir, pedagang asongan, pedagang warung, dan kondektur.

Komunitas tersebut menaruh perhatian pada anak telantar yang ada di jalanan. Mereka ingin membina anak-anak ini agar tidak mendapat cap buruk lagi dari masyarakat.

"Anak jalanan sering kali “liar”. Mereka kerap melakukan perbuatan yang mengganggu saat mengamen. Tidak jarang mereka juga mencopet orang yang sedang lengah," Ketua (Panter), Agus Kurnia, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Anggota komunitas pertama-tama melakukan pendekatan kepada anak-anak jalanan agar bersedia dibina. Anak yang ditampung bervariasi usianya, mulai dari 3 hingga 18 tahun.

"Anak-anak tersebut ada yang berasal dari keluarga broken home, yatim piatu, atau dibuang oleh orangtuanya," ucap Agus.

Walaupun begitu, bagi anak jalanan yang masih ada orangtuanya, mereka sangat didukung untuk belajar di rumah baca. Para orangtua pun kerap datang ke rumah baca untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Agus dan anggota komunitas lainnya.

Anggaran terbatas

Komunitas Panter membangun rumah baca ini dengan anggaran yang terbatas. Semua modal berasal dari anggota komunitas.

Namun, mayoritas buku berasal dari sumbangan. Ribuan buku tersebut disumbang oleh mahasiswa dan masyarakat. Bahkan, mereka pernah mendapat sumbangan buku dari daerah seperti Bali, Solo, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pengajar anak-anak tersebut juga merupakan mahasiswa yang menjadi relawan. Tiga orang pembina biasanya mengajar 15 anak. Pembelajaran pun dipisah antar kelompok usia.

Anak-anak tersebut diajarkan membaca, menulis, dan tata krama. Setelah mendapat pembinaan, mereka terlihat mengalami perubahan positif terutama dalam hal tingkah laku.

"Sekarang mereka lebih santun. Ketika mengamen, mereka menjadi banyak senyum dan tidak mengganggu orang-orang lagi Mereka juga rutin melakukan kerja bakti di daerah sekitar terminal setiap hari Jumat," kata Agus.

Cahyu Cantika Amiranti Sebagian koleksi buku di rumah baca Panter, Depok.
Dalam hal prestasi, beberapa anak binaan juga telah menjuarai beberapa kompetisi. Contohnya, Juara I kompetisi vokal dan gitar se-Jabodetabek, finalis lima besar kompetisi menyanyi di RCTI, dan peraih beasiswa di Yayasan Seni Indonesia selama satu tahun.

Halaman:


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com