JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan tangan terborgol, SBH dihadirkan ke hadapan awak media saat konferensi pers di Mapolrestro Tangerang, Banten, Jumat (10/3/2017).
Pria berusia 22 tahun itu mengenakan kaus tahanan berwarna oranye dan memakai topi hitam.
Tangannya dalam keadaan terborgol. Mulutnya ditutupi masker. Tubuh tersangka penabrak pengemudi ojek online itu terlihat gemetaran.
Dari gesturnya, tampaknya sopir angkot di Tangerang itu didera ketakutan.
Kapolrestro Tangerang Kombes Harry Kurniawan menyatakan bahwa SBH dituduh telah melakukan pembunuhan berencana.
Ancaman hukuman dari pasal 340 pun tak main-main, yakni maksimal hukuman mati.
Ia dituduh sengaja menabrak Ichtiyarul Jamil (22), pengemudi ojek online GrabBike, Rabu (8/3) lalu.
Peristiwa memilukan itu terjadi di depan Tangcity Mall, Cikokol, Tangerang. Kala itu SBH mengemudikan mobil angkot R03 jurusan Pasar Anyar-Serpong nopol B1678 CTX.
Jamil tengah berjalan santai di sisi jalan. Tiba-tiba saja SBH menabrak Jamil dari arah belakang menggunakan angkotnya.
Jamil yang masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Muhamadiyah Tangerang (UMT) itu terpelanting akibat hantaman angkot warna biru yang dikemudikan pelaku.
Usai menabrak, pelaku langsung melarikan diri. Sedangkan Jamil yang terluka parah dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Video penabrakan pengemudi ojek online itu dengan cepat beredar di media sosial dan menjadi viral pada Rabu (8/3). Polisi langsung bergerak cepat memburu pelaku.
Akhirnya pelakunya berhasil dibekuk, Kamis (9/3). Ternyata pelakunya adalah SBH, yang sehari-hari menjadi sopir tembak angkot.
"Kami mengamankan sopir yang sengaja menabrak korbannya," kata Kapolrestro Tangerang, Kombes Harry Kurniawan, Jumat (10/3)
Penghasilan anjlok
Di depan wartawan, SBH mengungkapkan alasan mengapa dirinya nekat menabrak Jamil. Alasannya adalah karena dendam terhadap transportasi berbasis online.
Ia mengaku, penghasilannya sebagai sopir angkot anjlok sejak munculnya ojek online.
"Omzet saya berkurang semenjak ada ojek online. Biasa sehari dapat Rp 100.000, sekarang cuma Rp 40.000," kata SBH dengan wajah tertunduk.
Berkurangnya pendapatan membuat SBH kesulitan memenuhi kebutuhan rumah tangganya.