Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot: Stop Gunakan Agama untuk Mengejar Kekuasaan

Kompas.com - 14/03/2017, 17:33 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Djarot Saiful Hidayat, berharap tidak ada pihak yang memanfaatkan agama untuk mengejar kekuasaan.

Ia menyampaikan hal tersebut dalam menanggapi adanya penolakan terhadap kedatangannya ke acara zikir bersama untuk memperingati haul Presiden kedua RI, Soeharto, dan Supersemar di Masjid At Tin, Kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu (11/3/2017).

(Baca juga: Tinggalkan Masjid At Tin, Djarot Disoraki Pengunjung Acara Haul Soeharto)

"Sekali lagi untuk masalah seperti ini jauhkanlah yang mengeksploitasi atau yang menggunakan agama hanya demi mendapatkan kekuasaan. Saya pikir stop," kata Djarot di Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/3/2017).

(Baca juga: Djarot Jelaskan Ide Munculnya Kartu Jakarta Lansia)

Saat datang ke Masjid At Tin pada Sabtu kemarin, Djarot sempat dihalangi ketika akan masuk ke lokasi acara. Namun, ia tetap bisa masuk dan mengikuti acara tersebut.

Selain itu, saat akan meninggalkan lokasi seusai acara, Djarot sempat disoraki sebagian orang.

Menurut Djarot, tindakan orang-orang yang menghalangi dan menyorakinya itu sangat tidak baik dan berbahaya. Sebab, menurut dia, tindakan itu dapat memecah belah masyarakat.

Tidak hanya di ruang lingkup Jakarta, tetapi juga di Indonesia. Untuk mencegah hal serupa terulang, ia menilai aparat perlu megambil tindakan tegas.

"Jangan sampai terulang, terjadi lagi, termasuk pemasangan spanduk-spanduk yang provokatif, stop. Bahwa ini akan bisa sekali lagi memecah belah masyarakat di Indonesia. Ingat lho ini di Jakarta, ditonton, dilihat seluruh warga di Indonesia, termasuk warga dunia," kata Djarot.

(Baca juga: Djarot Maafkan Orang yang Menghalanginya Saat Peringatan Haul Soeharto)

Ia juga menilai, dalam berdemokrasi, masyarakat seharusnya diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan hati nuraninya masing-masing.

"Maaf ya, saya mengambil istilah Buya Syafi'i Maarif yang kemarin itu tindakan yang primitif dan menghalalkan segala cara untuk memainkan simbol-simbol agama dalam rangka meraih kekuasaan," ujar Djarot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

Megapolitan
Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com