Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Isu SARA Tak Berlaku di Basis Massa Islam"

Kompas.com - 17/03/2017, 18:53 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari Pusat Data Bersatu (PDB), Agus Herta Soemarto, berpendapat, isu SARA tidak berlaku di basis pemilih Islam dalam Pilkada DKI 2017.

Menurut dia, hal ini dapat dilihat dari calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang setidaknya masih bisa meraih suara signifikan di kantong pemilih Muslim.

Selama ini, Basuki yang berpasangan dengan Djarot itu kerap diterpa isu SARA.

(Baca juga: Ada 21.000 Pemilih Pemula pada Putaran Kedua Pilkada DKI)

Agus menyampaikan hal tersebut dalam diskusi yang digelar PDB dengan tema "Hasil Pilkada DKI Putaran I SARA, Isu atau Fakta?" di Hotel Grand Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (17/3/2017).

PDB melakukan pemetaan terhadap hasil Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran pertama berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum DKI.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan PDB tersebut, Ahok-Djarot, dapat meraih suara cukup signifikan di daerah-daerah kantong pemilih Islam yang punya basis kuat, seperti Tegal Parang, Rawa Terate, Kali Baru, dan Sukabumi Selatan.

Di Tegal Parang, pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, lanjut Agus, meraih 14,2 persen suara. Pasangan Ahok-Djarot memperoleh 23,1 persen suara, sedangkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno mendapatkan 62,7 persen.

Untuk kawasan Rawa Terate, Agus-Sylvi memperoleh 25,6 persen suara, Ahok-Djarot 32,0 persen, dan Anies-Sandi 42,4 persen.

Di Kali Baru, Agus-Sylvi memperoleh 28,7 persen, Ahok-Djarot 25,5 persen, dan Anies-Sandi 45,8 persen.

Sementara itu, di Sukabumi Selatan, Agus-Sylvi memperoleh suara 20,6 persen, Ahok-Djarot 22,3 persen, dan Anies-Sandi 56,8 persen.

Dari penghitungan yang dilakukan PDB, meskipun perolehan suara Ahok-Djarot masih kalah dari perolehan suara Anies-Sandiaga, Ahok-Djarot masih bisa meraih suara yang signifikan.

Bahkan, Ahok-Djarot cenderung unggul dari pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

"Jadi dapat disimpulkan di basis-basis massa Islam isu (SARA) itu tidak berlaku," kata Agus, Jumat sore.

Menurut Agus, suara pemilih Muslim tidak menunjukkan adanya konsentrasi di salah satu calon tertentu.

(Baca juga: JPPR: Warga Jakarta merupakan Pemilih yang Rasional)

Ahok yang bukan seorang Muslim, kata Agus, berhasil mendapatkan suara dari kelompok Muslim dalam jumlah cukup besar. Menurut dia, pemilih Muslim cenderung rasional.

Ada pemilih Muslim yang memang mendukung Ahok karena mendukung kebijakan Ahok.

"Khusus pemilih Ahok, mereka ingin melanjutkan kebijakan pembangunan Jakarta sehingga lebih pada prestasi kinerja masing-masing paslon, tidak berdasarkan pada aspek isu SARA yang tadi," ujar Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com